Bab 31 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 31
Khansa menatapi ponselnya
lama sekali, menimbang-nimbang apakah mau membalas pesan Leon atau tidak.
Berpikir sedikit lama, tapi pada akhirnya tak kunjung membalas pesan itu.
"Tidak usah,"
gumam Khansa sedikit kesal, karena masih terngiang-ngiang suara wanita yang
waktu itu mengangkat panggilan telpon darinya.
"Saat ini membalas
pesanmu tidak penting, Menyelamatkan bibi Fida, itu lebih penting," ujar
Khansa seraya memasukan ponselnya ke dalam tas slempangnya dan mulai bergegas
meninggalkan rumah utama keluara Sebastian.
Khansa ingin membentengi
hatinya agar tidak tergoda oleh Leon dan juga tidak ingin memberi kesempatan
bagi Leon untuk menyakiti dirinya.
Karena itu tidak ingin
membuka hati untuk Leon. Menepis semua rasa ketergantungannya terhadap pria
yang bernama Leon itu.
Khansa tidak ingin
mengulang rasa sakit yang selama ini menggelayut di hatinya, rasa sakit
terbuang dan terkhianati.
Dua hal yang sudah cukup
kenyang Khansa rasakan selama sepuluh tahun ini. Jadi bagi
Khansa tidak menempatkan
Leon dalam sudut hatinya adalah sudah sikap yang paling benar dan bagus.
Teringat akan bibi Fida
lagi, maka Khansa pun keluar menuju ke perumahan penduduk di area luar kota
Palembang, menuju ke lokasi yang sudah Emily kirimkan ke ponselnya. Khansa
hanya tinggal megikuti arah peta ini maka dirinya akan segera bertemu dengan
bibi Fida.
Leon sudah pulang ke
Palembang, Hansen dan Simon menjemput Leon di bandara dengan mobil mewah
bermodel panjang.
Leon menatapi ponsel di
tangannya, isi pesan, [Sudah tidur?] tidak dibalas sejak tadi, Leon sudah
mengernyitkan alis.
"Gadis itu
benar-benar deh" gumamnya.
Dalam dunia bisnis, Leon
adalah rajanya.
Mana ada yang berani
bersaing, menolak dan membantahnya. Jika pun ada yang berani bersaing jelas
pasti akan menelan kekalahan.
Lihat saja supercar yang
Leon kirim untuk menjemput Khansa, itu adalah supercar seharga ratusan milliar.
Jadi ketika melihat
Khansa, gadis kecil yang telah menjadi istrinya ini malah mengabaikannya, sudah
tentu membuat wajah Leon mendingin.
Wajah Leon terlihat
semakin mendingin, Khansa adalah satu-satunya nomor yang dia simpan secara
pribadi di ponselnya, dah sekarang bahkan pesan WhatsApp nya pun tidak
dijawabnya.
"Kau ini
sungguh-sungguh memiliki keberanian yang tinggi, Hah! Berani sekali mengabaikan
aku" gumam Leon.
Simon dan insen yang
duduk di baris depan memperhatikan raut wajah Leon. Ini adalah sebuah ekpresi
yang tidak pernah mereka temui sepanjang kedekatan mereka selama ini. Hansen
dan Simon saling bertatapan, lalu kompak menertawai Leon.
"Hei! Ini kenapa kau
jadi pulang lebih awal," tanya Hansen
"Kak! dari tadi
menatapi ponsel terus?" tanya Simon sedikit menggodai Leon.
Mereka terus menggodai
Leon dan terus bertanya, karena mereka menebak ini pasti ada hubungannya dengan
pengantin penggantinya.
"Apa kau sedang
rindu dengan istri kecilmu itu? Sehingga memangkas semua jadwal kerjamu dan
langsung kembali terbang ke Palembang?" tanya Hansen untuk mengkonfirmasi
situasi Leon.
"Wuaah ... Kakak
ipar benar-benar hebat!
Bisa mengendalikan Kak
Leon," puji Simon kepada Khansa.
Bean hanya mengulum
bibirnya senll?? dalam diam, dengan sedikit menyeringai.
Merasa sudah tak sabar
hati, karena Khansa sedari tadi tidak membalas pasannya, maka Leon pun segera
menelepon Paman Indra di Vila Anggrek untuk menanyakan apa Khansa sudah tidur,
Paman Indra memberitahu kalau Khansa baru keluar, "Nyonya pergi keluar
seorang diri," jawabnya.
Mendengar keterangan dari
Paman Indra, Leon merasa sedikit tidak puas, mengapa setiap kali ada sesuatu
Khansa seperti tidak membutuhkan bantuannya, dan selalu memilih
menyelesaikannya sendiri.
Leon menutup sambungan
teleponnya dengan Paman Indra dan meminta Gerry asisten pribadinya untuk
melacak keberadaan Khansa, "Temukan Nyonya!"
Sementara Gerry mencari
keberadaan Khansa, orang yang di cari malah sudah sampai ke tempat yang dituju.
Khansa sampai di luar kota dan menemukan perumahan itu.
Khansa mengeluarkan lagi
ponselnya, dan mengecek titik berhenti dari map website yang ada di ponselnya,
"ketemu," ujarnya.
Khansa mengendap-endap
lalu membuka pintu rumah itu dengan perlahan dan segera melihat Bibi Fida yang
terbaring di atas ranjang. Khansa segera ke sana dan membangunkan bibi Fida
dengan lembut, “Bi Fida, bukalah matamu. Ini aku."
"Bibi!" Panggil
Khansa lagi.
Bibi Fida pun terbangun,
Bibi Fida membuka matanya dengan lemah, pandangannya langsung berbinar saat
melihat Khansa yang sudah bersimupuh di sisi ranjangnya.
Khansa memperhatikan Bibi
Fida, yang sudah tak semuda dalam ingatannya dulu.
Guratan kerutan di
wajahnya terlihat jelas, terutama gari-garis di samping bagian matanya.
"Nona kecil"
panggil Bibi Fida.
"Iya Bi! Ini
khansa," tukas haru Khansa seraya menggenggam kedua tangan Bibi Fida.
Bibi Fida masih sulit
percaya jika saat ini Khansa muncul di hadapannya. Bibi Fida terharu sampai
menangis dan segera batuk keras yang mengeluarkan darah.
Melihatnya tentu saja
membuat Khanza khawatir "Bibi!"
"Bibi! Sakit,"
ujar Khawatir Khansa lagi.
Khansa menilai gejala ini
bisa menandai adanya penyakit saluran pernapasan yang bersifat serius. Berpikir
jika ada kerusakan pada pembuluh darah di saluran pernapasan,
"tuberkulosis," gumam pelan Khansa.
khansa memikirkan Fakta
penyebab batuk berdarah Bibi Fida. Ini berarti ada Lesi atau area jaringan yang
rusak.
Kalau lesinya mengenai
paru-parunya dan pembuluh darah di sekitarnya, membuat hal tersebut menjadi
rapuh yang menimbulkan batuk darah, kebanyakan lesi paru-paru disebabkan oleh
penyakit bakteri atau virus atau kanker.
Mengetahui tentang Fakta
ini, membuat Khansa menangis, Khansa pun memeluk Bibi Fida. Khansa segera
mengecek nadi Bibi Fida.
Khansa meraba nadi di
pergelangan lengan Bibi Fida, Khansa memposisikan tangan kirinya dibawah dan
meletakan tiga jari tangan kanan di pergelangan lengan Bibi Fida.
Khansa menekan dengan
lembut, Khansa mencari 'lokasi' yang pas sampai benar-benar merasakan denyut
nadi Bibi Fida, lalu Khansa mulai menghitung denyut nadi.
Khansa menghitung denyut
nadi dalam waktu sepuluh detik, kemudian dikalikan dengan enam untuk mendapat angka
denyut nadi per menit. Khansa menghitung denyut nadi sebanyak tiga kali,
kemudian mengambil rata-rata dari ketiganya untuk benar-benar yakin.
Khansa pun memandang
sedih kepada Bibi Fida, "Ini kemungkinan denyut nadi dan irama jantung tak
sesuai hingga mengganggu kenyamanan tubuh," pikir Khansa.
"Hendra, kenapa kau
begitu jahat!" gumam Khansa merutuki Hendra.
Hendra tahu betul
kedudukan Bibi Fida di dalam hatinya. Namun, malah dengan mudahnya menjadikan
Bibi Fida sebagai Tahanannya. Tapi, mengabaikan kesehatannya.
Tubuh Bibi Fida sudah
lemah sekali dan bisa bertahan sejauh ini karena kerinduannya untuk bertemu
dengan Khansa.
"Bibi! Tenanglah,
nanti aku akan mengobatimu," janji Khansa.
"Sekarang Bibi,
harus kuat dulu. Kita pergi dari tempat ini ya," tukas Khansa.
Bibi Fida mengangguk
tanda memahami dan mempercayai nona kecilnya ini. Khansa segera membantu Bibi
Fida berdiri dan keduanya keluar dari perumahan. Saat ini Hendra tiba-tiba
muncul.
Penutup Bab 31 Novel Romantis Pengantin
Pengganti
Bab 31 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 31 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.