Bab 29 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 29
Hendra menekan nomor yang
akan menyambungkan ke bibi Fida, Panggilan dengan cepat tersambung, Setelah
mendengar sautan jawaban di ponselnnya, tanpa mengatakan halo, Hendra segera
saja memberikan ponselnya pada Khansa, Khansa mendengar suara bibi Fida yang
familiar.
Menyangka jika itu adalah
Hendra yang akan berbicara kepadanya, langsung saja Bibi Fida bertanya pada
Hendra, "kapan bibi, bisa bertemu Khansa, nona kecil Isvara."
Hati Khansa gemetar
mendengar suara dan pertanyaan Bibi Fida. Mata Khansa langsung memerah karena
sedih, air mata pun terjatuh, semua orang berubah, tapi bibi Fida masih
mencintai Khansa seperti dulu, dan masih begitu merindukannya.
Dalam hati Khansa harus
bisa melindungi Bibi Fida dari semua orang yang berniat jahat. Khansa harus
bisa membebaskan bibi Fida dari jeratan penjara yang Hendra ciptakan.
"Bibi Fida …"
panggil Khansa dengan suara terbata bercampur isak tangis.
"Ini aku …
Khansa," ujarnya dengan suara Manja.
"Nona kecil … ini
benaran nona kecil Bibi" ujar Bibi Fida senang bercampur terkejut dan
langsung saja menangis haru.
"Iya Bibi, ini aku
benaran Khansa," jawab Khansa meyakinkan lagi.
"Nona kecil!
Akhirnya, syukurlah, aku bisa mendengar suara nona kecil lagi…" ujar Bibi
Fida lagi.
“Bibi! Sekarang aku sudah
besar lho,” ujar Khansa dengan tetap sambil menahan tangis.
“iya, iya pasti sudah
besar dan cantik,” puji bibi Fida kepada Khansa.
Tak ingin membuang
kesempatan, maka Khansa langsung saja berpikir untuk menanyakan lokasi bibi
Fida, "Sekarang Bibi dimana?" tanya Khansa dengan cepat.
Mendengar Khansa yang
mencoba mencari tahu lokasi Bibi Fida, Hendra segera saja merebut ponselnya
dari tangan Khansa kemudian memutus panggilan itu, “Sudah konfirmasi, kan? Aku
tidak bohong padamu."
"Jadi mari kita
bersepekat untuk sepakat," ujar Hendra.
“bersepakat,” ulang kata
Khansa.
“Kau nampaknya masih belum mengerti juga ya!?”
ujar Hendra
"K-kau …" ujar
Khansa menahan marah.
"Katakan di mana
bibi Fida!" pekik Khansa.
"Kita bertransaksi
dulu, baru aku akan menyerahkan bibi Fida kepadamu!" jawab Hendra.
Khansa diminta Hendra
datang kemari dengan sebuah kesepakatan, yaitu Hendra menyerahkan bibi Fida
pada Khansa, Khansa baru menemani Hendra tidur semalam.
Tapi, Hendra merasa
Khansa tidak paham dengan situasinya.
"Ini bukankah, kau
harus baik-baik dengan aku, jika ingin aku menyerahkan bibi Fida
kepadamu?" ujar Hendra licik.
"Mengapa kau
melakukan ini?" tanya sarkas Khansa.
"Apakah Tuan Muda
Ugraha sudah benar-benar tidak punya pekerjaan lain, dan sekarang hanya bisa
membuli seorang wanita."
“Apa kau sedang menghina
aku,” ujar Hendra seraya menapuk dagu Khansa yang tertutupi cadar halus.
“Kau ini benaran tidak
tahu malu ya, tak perlu menghinamu. Bagi aku kau sudah sangat hina dalam
pandangan aku,” jawab sarkas Khansa.
“katakan sekali lagi,
jika kau berani!” ujar Hendra dengan nada marah.
Sekali lagi Khansa
mendorong tubuh Hendra, agar menjauh darinya, "Sejak kapan Tuan muda
Ugraha menjadi lemah seperti ini," sindir sarkas Khansa lagi.
Hendra pun tertawa, dan
berjalan mendekat ke arah Khansa lagi, "lemah katamu?"
“Apa kau ini seekor
lalat, kenapa suka sekali menempel sembarangan,” hina Khansa.
Hendra pun tertawa dengan
nada mengejek, "Apa kau ingin membuktikan jika aku tidak lemah?"
tanya Hendra seraya menunjuk ke arah ranjang besar di kamar hotel itu.
"Ha ha ha, jangan
bermimpi," ujar Khansa sambil tertawa dan menepis tangan Hendra yang
mencoba membelai rambut panjangnya.
"Bahkan kau pun
tidak pantas memimpikan aku," ujar sombong Khansa dengan nada menghina.
Khansa berkata sarkas
pada Hendra kalau Hendra meminta Khansa kemari karena ada alasan lain,
"Kau memanggil aku ke sini, karena tidak puas setelah tidur dengan Jihan
semalam kan?"
"Jaga
bicaramu!" ujar Hendra seraya menarik lengan Khansa dengan keras.
"Brengsek!
Lepas," pekik Khansa seraya mendorong tubuh Hendra.
Khansa mau pergi,
"Transaksi batal, jika tidak ada bibi Fida!" jelas Khansa.
“Khansa, jangan
mendesakku!” bentak Hendra sambil mau menarik tangan Khansa lagi.
Khansa punya persiapan,
“Hendra, siapa yang mendesak siapa?"
"Apa kau sudah lupa!
Sepuluh tahun lalu kau memfitnahku!" hardik Khansa.
"Sepuluh tahun
kemudian kau datang Kembali hanya untuk memaksa aku tidur denganmu dengan
memanfaatkan bibi Fida.”
“ Apa Kau tidak malu
padaku dan ibuku?” Hardik Khansa lagi dengan lebih keras.
"Kau ini!
Benar-benar menjijikan sekali!" bentak Khansa tak kalah sengitnya.
Hendra langsung terpaku,
Khansa menatapnya dengan mata yang memerah seperti binatang buas.
Terdiam sesaat karena
sepersekian detik tadi hati Hendra merasa menciut melihat tatapan Khansa yang
seperti itu, lalu Hendra mengembalikan kesadarannya dan bertanya,"kenapa
kau mau tidur dengan pria lain selain dengan aku?"
"Katakan!" ujar
Hendra marah, dan menggenggam tangan Khansa keras-keras sampai memerah.
“Apa kau berpikir aku
tidak mampu melakukan hal itu denganmu, karena itu kau berpetualang dari
pelukan satu pria ke pria lainnya?”
“Katakan dengan jelas!”
ujar Hendra dengan meluapkan semua emosinya di depan Khansa.
“kau benaran sudah gila,
aku benar-benar sudah tidak dapat mengenalimu lagi, kau sudah sangat asing
bagikku,” jelas Khansa.
Hendra membanting gelas
yang ada di dekatnya sampai pecah berkeping-keping, amarah di hatinya sudah
benar-benar memuncak ingin keluar dari ubun-ubun kepalanya.
Saat itu Hendra mencari
Khansa di desa sampai hampir gila karena tidak menemukan Khansa, akhirnya Jihan
memberitahu Hendra kalau Khansa bermalam dengan seorang pria liar.
Akhirnya Khansa tahu
alasan dibalik ucapan Hendra kalau dirinya adalah playgirl. Itu semua karena
hasutan Jihan, padahal saat itu Khansa sedang menolong seorang pria yang memang
tidak di kenalnya.
Khansa tertawa sampai
menangis, karena Hendra percaya semudah itu pada ucapan Jihan, "Jadi kau
lebih mempercayai perkataan Jihan!"
“Apa yang kau pikirkan saat itu, sampai-sampai
sangat mempercai Jihan dari pada aku,” tukas khansa.
"Ternyata aku
benaran salah menilaimu ketika dulu kita tumbuh bersama, ternyata kau benaran
tidak mengenal aku seperti apa," tukas Khansa.
“Kenangan tentang masa
itu, memang sungguh layak aku hapus,” Hardik pelan Khansa kepada Hendra.
"Kau mau
kemana?" tahan Hendra kepada Khansa.
"Jangan membuat aku
lebih benci kepadamu, jadi jangan halangin jalan aku," tukas Khansa.
Hendra berusaha keras
membuat Khansa tinggal, tapi Khansa mengulang ucapannya tadi, "Hanya ada
transaksi jika bibi Fida ada, apa kau paham?" menatap marah, Khansa
kemudian pergi.
Hendra hanya bisa
menatapi kepergian Khansa yang menghilang di balik pintu kamar hotel itu.
Nampak kesal, Hendra menghancurkan beberapa barang yang ada di dekatnya.
"Arrgh …! Teriak
Hendra seraya menendang kursi yanh ada di dekatnya sampai terpental.
Sepulangnya ke Vila
Anggrek, Emily dan Khansa mengobrol dengan chat, Emily bertanya apakah Khansa
masih ingat pria yang ditolongnya saat itu.
Penutup Bab 29 Novel Romantis Pengantin
Pengganti
Bab 29 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 29 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.