Bab 28 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 28
Khansa terduduk di
ranjangnya lagi, sedang berpikir, "Siapakah wanita itu? Apakah pacarnya
Leon? Apakah hanya sekedar simpanan, sejenis Maharani."
Hati Khansa mulai tidak
senang dan mulai menggerutu "Hah! Dasar pria!"
"Pria kaya, mana
cukup satu wanita," gumam marah Khansa.
"Dasar
playboy."
"Apa-apaan mereka
berdua itu!" gerutu Khansa lagi merutuki keduanya.
Tiba-tiba saja kemarahan
Khansa menjadi panjang. Khansa merasa marah, karena berpikir jika suaminya itu
mirip sekali dengan Ayahnya, meyimpan selir.
Hati Khansa seketika saja
merasa ngilu, merasa tidak suka ketika mendengar ada suara wanita lain yang
memegang ponselnya suaminya itu. Dirinya saja yang istri sah tidak mau memegang
ponsel Leon, tapi ini malah ada wanita lain yang dengan mudahnya memegang
ponsel suaminya dan menjawabnya dengan tenang.
Tiba-tiba saja Khansa
merasa kesal kepada Leon, mengapa mengijinkan wanita lain untuk memegang
ponselnya dan malah membebaskan untuk menggunakannya.
"Hish benar-benar
deh," gumam Khansa Mengkesal.
"Haish … bodoh! Apa
yang baru saja merasuki pikiranku tadi, sehingga ingin meminta tolong
kepadanya," gumam kesal Khansa memarahi dirinya sendiri karena sudah mulai
bergantung kepada orang lain, hal yang paling dia hindari dari dulu.
"Otakku tadi pasti
benaran habis kesepak bola," Khansa mengatai diri sendiri lagi sekaligus
mentertawai dirinya sendiri.
"Aku ini hanya
pengantin pengganti, aku dan dia tidak menjalin hubungan serius, jadi kenapa
kenapa dia harus dan mau membantu aku?" tambah pikir Khansa lagi.
"Ingat Khansa! Kau
dan Leon itu hanya bertransaki berbalut pernikahan," gumam Khansa
mengingatkan kenyataan dalam hubungan pernikahan mereka.
Khansa berpikir jika
mereka hanya menjalani pernikahan kontrak, maka dilarang dekat-dekat, apalagi
sampai bergantung kepadanya, yang siapa tahu nanti bisa saja jadi berujung
menjadi jatuh cinta.
Entah mengapa hati Khansa
merasa perih ketika tadi dia membayangnkan, jika jatuh cinta lalu malah
bertepuk sebelah tangan, bukankah itu sangat menyakitkan, mencintai orang yang
tidak pernah kau cintai.
"Karena hanya
pengganti, jadi wajar saja jika Leon memiliki pacar," gumam Khansa
menghibur dirinya sendiri dan menepis rasa kesal tadi, sembari menggigit bibir
bawahnya.
Khansa merebahkan dirinya
di ranjang besar bergaya Eropa yang ada di kamarnya itu, lalu mengambil bantal
disampingnya dan menutupi wajahnya dengan bantal itu. Pikiran dan hatinya saat
ini benar-benar tengah dibuat kacau oleh dua pria yang sedang hadir bersamaan
di dalam hidupnya itu. Bagi Khansa keduanya itu adalah biang kerusuhan.
"Hufh …"
desahnya dalam limbung.
"Menyebalkan
sekali," gumam Khansa lagi dengan nada malas berbalut manja.
"Hmm …" desah
limbungnya.
Khansa menyingkirkan
bantal yang ada di wajahnya, menatapi lampu-lampu kristal indah yang
menggantung di kamarnya. Tapi kali ini enggan untuk menghitung manikmanik
kristal yang menggantung di langit-langit kamarnya itu. Khansa benar- benar
sedang memikirkan tentang apa-apa saja yang baru dan yang sudah terjadi
kepadanya.
Butiran-butiran bening
pun terjatuh ke pipi, Khansa pun segera menghapusnya.
Khansa berkeringat
dingin, hidupnya berubah saat dirinya berusia sembilan tahun, dibuang oleh
semua orang dan ini membuat Khansa belajar mandiri selama sepuluh tahun ini.
Khansa sudah terbiasa
tegar dalam kesendiriannya selama ini dan juga hanya percaya pada Emily
seorang, sahabat baiknya.
Khansa tidak ingin
dikhianati lagi oleh orang terdekat yang disayanginya. Khansa hanya percaya
kepada Emily, Karena hanya Emily yang memahami rasa sakit yang Khansa rasakan
selama sepuluh tahun ini.
Tapi, Leon pria yang
arogan ini dengan tak terduga datang dan dengan cepat memasuki hidup Khansa
lalu membuat Khansa mengandalkannya, merasa membutuhkannya, Khansa merasa
dirinya telah menjadi lemah. Setelah berpikir dalam-dalam, maka Khansa pun
telah mengambilkan keputusan.
Khansa menenangkan diri
lalu mengambil ponselnya, lalu mengirim pesan pada Hendra, "Baiklah, besok
kita bertemu!"
Hendra dengan cepat
membuka pesan dari Khansa, lalu menyeringai puas. Karena telah berhasil
meyakinkan Khansa untuk bertemu dengannya.
"Aku akan
menunggumu! Sa," balas pesan Hendra kepada Khansa.
……
Di luar negeri, di dalam
kamar presiden suite, chief PR (public relation) bernama Susan sedang memegang
ponsel dan merasa aneh, "Mengapa tak dijawab? Malah di putus
sambungannya."
Saat ini, Gerry berjalan
kemari, “Chief Susan, siapa yang izinkan kamu memasuki kamar presdir?"
Gery menatapi Susan
sambil bersedekap, "Dan kamu masih berani menjawab telepon di ponselnya!”
"Ah itu tadi …"
jawab Susan terbata.
"Ini … hanya karena
aku mendengarnya berdering berkali-kali, jadi aku pikir mana tahu itu adalah
panggilan telpon yang penting darurat," jelas Susan.
"Karena itu aku
mencoba membantu menjawabnya," ungkap Susan
"Aku! Ke sini,
karena dokumen ini," jelas Susan lagi.
Susan datang mengantarkan
dokumen yang sangat urgent, asisten Gery berkata kalau Leon tidak suka orang
lain menyentuh barang pribadinya, "lain kali dilarang menyentuh
barang-barang Presdir."
"Tidakkah kau sudah
tahu, jika Presdir kita tidak suka jika barang-barangnya disentuh sembarangan
oleh orang lain!?" tukas Gery mengingatkan.
"Telpon dari siapa
tadi?"
"Seorang
wanita," jawab Susan sambil berusaha menyembunyikan senyuman gugupnya.
Gery kemudian meminta
Susan pergi. Leon sedang bersiap mau pulang lebih cepat, Gery diam-diam
berpikir mungkin Leon sudah jatuh cinta atau malah mungkin sudah mencintai
Khansa dan barulah bisa tergoda oleh sebuah foto saja.
"Hanya foto salah
kirim, tapi malah sudah cepat ingin pulang, bagaimana jika benaran berniat
mengirim kepadanya," gumam Gery.
"Sepertinya dia akan
langsung menjungkir balikan dunia. Melewati negara api, hanya untuk bisa sampai
dengan cepat ke rumah," gumamnya lagi sambil tertawa menahan lucu dengan
apa yang baru saja dipikirkannya.
……
Keesokan harinya, Khansa
menepati janjinya dan sudah berdiri di depan pintu kamar 8206. Khansa
mengulurkan tangannya untuk menekan pintu bel kamar, lalu menariknya kembali.
Khansa mengehela napas panjang-panjang. Lalu menepuk-nepuk pipinya.
Khansa menyemangati
dirinya sendiri "Demi beretemu Bibi Fida."
Khansa pun membunyikan
bel kamar 8206 itu, Hendra bergegas ke arah pintu, dan melihat dari video
ponsel interkom pintu, jika itu adalah Khansa, dan segera membukakan pintu
untuk Khansa.
Pintu kamar telah dibuka,
Khansa pun masuk dan Hendra segera menutup pintu kamar. Khansa melihat ke
seluruh arah kamar. Namun, malah tidak melihat orang yang dicari. Khansa
langsung saja menarik lengan Hendra dengan emosi marah di hatinya.
“Hendra, mana bibi
Fida?" bentak Khansa.
Tidak ada lagi jejak
kelembutan dari nada suara dan wajah Khansa, semua emosi yang dilemparkan
kepada Hendra oleh Khansa adalah emosi benci dan marah. Bahkan Khansa menatapi
Hendra dengan mata yang sedikit melotot.
"Bagaimana aku bisa
yakin kamu tidak bohong padaku?" Hardik Khansa lagi.
"Telepon bibi Fida ,
aku ingin mendengar suaranya.” ujar Khansa langsung pada intinya.
"Cepat! Telpon
sekarang!" Khansa mengulangi perintahnya.
Hendra mengangguk, lalu
mengeluarkan ponsel dan menelepon seseorang
Penutup Bab 28 Novel Romantis Pengantin
Pengganti
Bab 28 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 28 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.