Bab 27 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 27
Hendra mulai menghina
Khansa, berkata kalau pria lain boleh bermain dengannya, maka dirinya juga
boleh.
"Gila …?"
Hendra mengulangi perkataan Khansa.
"Hah! Jangan sok
jual mahal. Ayolah jika yang lain boleh mendekatimu? Maka kenapa tidak dengan
aku?"
"Jika kau bisa tidur
dengan pria lain, lalu mengapa dengan aku tidak bisa?" tanya sekaligus
sindir Hendra.
"Hendra! Jangan
menambah rusak kesanmu di mata aku!" pinta Khansa.
Khansa tidak ingin
terlalu benci dengan Hendra, namun juga tidak ingin dekat dengan Hendra lagi
seperti dulu.
Seperi ketika masa-masa
kecil mereka dulu. Khansa menghela nafas panjang, lalu duduk di ranjangnya dan
mengatakan niat hatinya dengan lebih jelas lagi kepada Hendra.
"Hendra dengarkan
aku, aku akan menutup telpon ini, dan aku harap kau jangan lagi menghubungi
aku!" bentak Khansa kepada Hendra.
"Aku benaran tidak
ingin berhubungan lagi denganmu, jalani saja hidup masingmasing tanpa perlu
mencampuri hidupku," jelas ingin Khansa.
"Aku tidak ada waktu
meladeni pria gila sepertimu, benaran ini hanya membuang waktu aku," ujar
Khansa lagi.
"Sampai di sini, aku
harap kau dapat memahaminya," tukas Khansa.
Khansa berniat menutup
telepon dan setelahnya akan memasukan nomor Hendra ke dalam daftar nomor yang
di blokir, tapi Hendra segera berkata.
“Bukankah kamu terus
menyelidiki penyebab kematian ibumu?”
"Misteri tentang
kematian ibumu?" ulang tanya Hendra lagi sekaligus ingin meyakinkan Khansa
agar mau bertemu dengannya.
Mendengar di sana hening,
maka Hendra pun menyeringai senang, berharap perkataannya akan menggoyahkan
hati Khansa agar bersedia bertemu dengannya di hotel yang telah dia pilih.
Gerakan tangan Khansa
terhenti, mendengar Hendra mengungkit tentang kematian ibunya itu. Hatinya
terasa perih lagi ketika mengingat betapa cepatnya kebahagiannya hancur dalam
sekejap.
Kehilangan ibu,
kehilangan ayah kandung yang lebih mempercayai perkataan orang luar, dan
kakeknya yang telah koma dalam jangka waktu lama.
Khansa menggigit-gigit
bibir bawahnya dan berpikir sebentar, Khansa mengambil napas dalam-dalam lalu
menghembuskannya. Dia pulang kali ini dengan dua alasan.
Yang pertama adalah untuk
menyembuhkan kakeknya dan yang kedua mencari penyebab kematian ibunya.
Dia bersedia dinikahkan
mengikuti pengaturan pernikahan dari tetua keluarga juga karena Khansa
membutuhkan identitas ini untuk bisa menyelidiki tentang kematian ibunya itu
yang begitu misterius, jika menolak maka selamanya dia tidak akan bisa memasuki
Kota Palembang lagi.
Pikiran Khansa melayang
pada saat itu, saat dimana secara tiba-tiba Khansa diberitahu kalau ibunya
meninggal karena sakit, tapi sebelumnya, ibunya terlihat sehat-sehat saja dan
kenapa bisa tiba-tiba sakit lalu mati? Khansa curiga ada orang yang mencelakai
ibunya. Namun, kala itu Khansa masih terlalu kecil untuk mencari tahu
kebenarannya. Namun, ketika sudah beranjak besar, Khansa juga malah tidak bisa
menemukan petunjuk apa pun.
Penyelidikan Khansa tidak
terlihat jejaknya, tidak membuahkan hasil, semua data tentang ibunya semasa
hidup tidak ada jejak sama sekali.
Meski pun Khansa sudah
meminta bantuan kepada Emily, menggunakan semua sumber koneksi Emily namun
tetap saja itu hasilnya nihil.
Khansa selalu merasa ada
konspirasi besar di balik semua ini, sepuluh tahun yang lalu ibunya meninggal,
kakeknya koma. Dalam semalam, semua orang yang Khansa cintai seperti mau
mencelakai dirinya, mereka semua sudah berubah, memperlakukan
Khansa seperti orang
asing hanya karena satu perkataan peramal yang mengatakan bahwa dirinya adalah
seorang anak pembawa sial bagi kelangsungan keluarga Isvara.
Tiba-tiba saja dirinya
menyandang status anak buangan, seperti tidak memiliki ikatan darah dengan
keluarga Isvara.
"Apa kau tidak ingin
bertemu dengan, pelayan pribadi ibumu, bibi Fida?" tanya Hendra sekaligus
membunjuk Khansa.
"Maksudmu …?"
tanya Khansa.
"Bibi Fida, ada
bersamaku. Tinggal di tempat yang aku sediakan," terang Hendra.
"Bibi Fida
bersamamu?" tanya Khansa terbata.
Mendengar pengakuan
Hendra tentang Bibi Fida, membuahkan rasa senang juga rasa gundah di hati
Khansa. Selama ini dirinya sudah benar-benar mencari bibi Fida kemana-mana,
namun tetap saja tidak dapat menemukan jejaknya.
Khansa berpikir, pantas
saja selama ini Khansa sudah berusaha mencarinya. Namun, tidak dapat
menemukannya. Semua ini karena Bibi Fida berada di bawah kekuasaan salah satu
keluarga berkuasa di Palembang.
"Hei! Aku sedang
bertanya kepadamu!" tukas Khansa.
"Ya! Jadi jika kau
ingin bertemu dengannya maka kau tidak bisa menolak permintaan aku!" ujar
Hendra lagi.
Rupanya bibi Fida ada
ditangan Hendra, bibi Fida adalah pelayan ibunya sejak Khansa kecil, bibi Fida
bukan anggota keluarga Isvara, tapi pembantu yang ikut dengan ibunya sejak
dulu, jadi sudah sangat kenal dan tahu bagaimana keadaan ibunya Khansa, dan
Khansa meyakini jika bibi Fida pasti mengetahui sedikit banyak tentang
teka-teki kematian ibunya Khansa yang selama ini menggelayuti pikiran dan
hatinya.
Bibi Fida menghilang
sejak kematian ibu Khansa dan Khansa tidak bisa menemukannya, ketika ingin
menanyakan apakah bibi Fida mengetahui tentang kematian ibunya yang secara
tiba-tiba itu.
Hendra sengaja menampung
bibi Fida, karena yakin, jika sewaktu-waktu Khansa kembali ke Kota Palembang,
maka dia bisa menggunakan Bibi Fida untuk bisa menahan Khansa agar mau tak mau
bertemu dengannya.
“Khansa, datanglah ke
kamar hotel nomor 8206 besok malam, aku tunggu!” perintah Hendra dan langsung
menutup sambungan teleponya.
Hendra meletakan
ponselnya, dan merasa yakin jika Khansa akan datang pergi menemuinya, karena
dia memagang kartu kemenangan di tangannya, ya bibi Fida adalah kartu utama
bagi Hendra untuk memaksa Khansa datang kepadanya.
Khansa meletakkan
ponselnya dan bertekad mau bertemu bibi Fida, tapi Khansa ragu mau pergi atau
tidak karena tahu Hendra akan berniat buruk.
"Haish … bagaimana
ini!?" gumam gusar Khansa.
Khansa memukul-mukul
kepalanya pelan, "Ayolah! Berpikir … harus apa!" gumamnya lagi.
Khansa tiba-tiba teringat
ucapan Leon waktu itu sebelum Leon pergi dinas luar, "Carilah aku kalau
ada sesuatu hal yang tidak bisa kamu selesaikan."
Khansa ragu sebentar dan
hanya menatapi layar ponselnya, memandangi nama Leon yang tertera di
penyimpanan memori ponselnya itu, lalu pada akhirnya Khansa menelepon Leon.
Panggilan lama sekali
baru tersambung dan terdengar suara wanita di seberang yang bertanya Khansa ini
siapa.
"Halo …?" Jawab
wanita di sebrang sana.
Khansa diam saja, lalu
berdiri dari ranjangnya. Namun, tubuhnya malah membeku, karena bukan suaminya
yang menjawab panggilan telponnya. Namun, malah seorang wanita yang memegang
ponsel suaminya itu.
Wanita di seberang
telepon merasa sangat aneh, “Halo, apa kamu mencari Presdir Leon?"
Khansa masih saja
terdiam, tak tahu mau menjawab apa, masih menata hati. Sudah bingung dengan
ajakan Hendra, sekarang malah mendapati ponsel suaminya di tangan wanita lain.
"Halo …" sapa wanita
itu lagi.
"Dia sedang mandi
dan tidak bisa menerima telepon…” Khansa langsung menutup telepon.
Penutup Bab 27 Novel Romantis Pengantin
Pengganti
Bab 27 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 27 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.