Bab 19 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 19
Percakapan keduanya
selesai, tapi Khansa malah tidak bisa tidur. Khansa menatapi langit-langit
kamarnya sambil merentangkan kaki dan tangannya di atas ranjangnya yang besar
itu, Khansa lalu iseng mencoba menghitung untaian kristal-kristal kecil yang
ada di lampu kristal yang menempel di langit-langit kamar mereka.
Khansa melakukan itu
karena Pertanyaan Leon tadi masih terus saja terngiang di telinganya. Jadi
berpikir mungkin saja dengan menghitung manik-manik kristal lampu, maka
pikirannya akan teralihkan.
"Satu … dua …
tiga…" Khansa mulai menghitung sambil menunjuk-nunjukkan tangannya ke arah
lampu kristal yang tergantung.
Khansa menurunkan
tangannya, dia teringat akan pesan terakhir Leon bahwa Khansa bisa menelponnya
kapan saja jika ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Mengingat itu, Khansa
pun merasa tenang perlahan-lahan dan mulai tertidur.
…..
Keesokan harinya, ponsel
Khansa berdering. Khansa melirik ke arah nakas, lalu mengambil ponselnya.
Khansa melihat nama yang
tertera di layar ponselnya adalah nama Maharani. Dengan sedikit rasa malas,
Khansa pun membalas panggilan ponsel dari Maharani tersebut.
"Halo," jawab
Khansa.
"Sa! Jihan akan
mengadakan pesta ulang tahun, kau jangan sampai tidak datang ya," undang
Maharani.
"Acaranya di Royal
hotel, ini bukan hotel sembarangan. Jadi acara ini sangatlah penting. Karena
itu kau harus datang," pesan Maharani lagi.
Nada bicara Maharani
ketika mengundang terdengar sengaja menekanan jika Fauzan mementingkan acara
ulang tahun ini sehingga diadakan di Hotel Royal. Dan ingin memberitahu secara
samar kalau Khansa hanyalah anak buangan, yang dipinta pulang karena mau
dijadikan tumbal saja, jadi jangan banyak berharap bisa mendapatkan kedudukan
di dalam keluarga Isvara.
Di hari kepulangan Khansa
ke kota Palembang, dia pernah melihat Hotel Royal bintang 6 dari dalam mobil,
hotel itu terletak di wilayah paling ramai di kota Palembang, desain gedungnya
bagaikan piramida mewah yang menjulang tinggi ke dalam awan. Hotel ini adalah
milik pria terkaya di kota ini.
"Jika acara ini
begitu penting bagi keluarga, tentu saja dengan senang hati aku akan
datang," jawab Khansa.
Acara ulang tahun ini memang
sangat penting, karena disini Maharani dan Fauzan ingin menunjukan kecantikan
Jihan, putri mereka.
Sekaligus memancing siapa
yang berminat menjadi besan, dan menjadi calon menantu keluarga Isvara.
Maharani jugalah yang
menekan Fauzan untuk melakukan ini, memberikan perhelatan pesta yang mewah, di
tempat yang mewah, hal ini semerta-merta demi memulihkan status sosialnya yang
kemarin baru saja tercoreng.
Karena itu mereka perlu
bebenah diri, memperlihatkan status sosial kekayaan keluarga Isvara sehingga harga
kedua putri mereka berdua kembali di harga yang tinggi.
"Kalian baik-baik
saja disana, dan tunggulah kedatanganku!Ok!," jawab Khansa lagi, lalu
menutup sambungan ponselnya.
Mengetahui jika undangan
ini hanya sekedar kampanye meyombongkan diri maka Khansa pun menerimanya,
sementara itu, bagi Khansa karena lawan sudah menurunkan surat perang, maka dia
tidak mungkin menolaknya.
Dia menyetujui datang ke
undangan Maharani, dan juga mengabaikan hal-hal yang tadi Maharani pamerkan
selama percakapan mereka di ponsel.
Sedari awal hal-hal mewah
memang bukan tujuan Khansa, Khansa setuju untuk kembali dan menggantikan peran
pengganti sebagai pengantin pengganti untuk keluarga Sebastian, hanya karena
memang Khansa membutuhkan status ini untuk menguak rahasia puluhan tahun yang
lalu, yang membuatnya terusir dari rumahnya sendiri, dan malah dijauhkan dari
orang yang paling dia sayang dan yang paling menyanyaginya, yakni Kakek Isvara.
Setelah Khansa mengakhiri
panggilan, Khansa berjalan membuka ruang pakaian yang ada di kamarnya. Khansa
membuka pintu ruang pakaian, detik selanjutnya dia tercengang, "Apa ini
benaran untuk aku semua," gumam Khansa dengan nada terkagum.
"Wow … ini semuanya
terlihat indah," puji kagum Khansa lagi.
Khansa pun memilah-milah
pakaian yang sudah di urut tata dengan rapih oleh pelayan, satu deret kemeja,
satu deret gaun, satu deret rok mini, satu deret tas bermerk seharga puluhan
juta dengan berbagai model, satu deret sepatu. Belum lagi laci-laci transparan
yang berisi ikat pinggang juga perhiasan.
"Paman Indra memang
benar-benar berbakat," puji Khansa terhadap hasil kerjanya.
Ruang pakaian ini cukup
luas, Khansa berjalan pelan untuk memperhatikan secara detail satu persatu apa
yang terpampang, terpajang.
Kaki kecil imutnya
melangkah pelan. Sementara, tangan imutnya meraih tas-tas yang terjejer rapi
dan mengamati lekat-lekat lalu menaruhnya kembali di raknya.
"Benar-benar
keluarga kaya," gumam Khansa.
Berteman dengan Emily
tentu saja membuat Khansa mengetahui tentang tas-tas mahal. Ruang pakaian ini sudah
disiapkan sejak dia menikah ke sini, Ruang pakaian ini benar-benar ruang idaman
semua wanita.
Khansa membuka sebuah
lemari kecil, dia melihat berbagai model baju tidur di dalamnya, ada yang
biasa, ada juga yang seksi.
Wajah Khansa langsung
merona karena malu. Emily pernah bilang, seorang pria yang terlihat semakin
baik di luar, dan pakaiannya selalu rapi, maka hatinya akan semakin bernafsu.
"Ya Tuhan, mengapa
pinggang kencang itu malah terbayang-bayang lagi?" gumam Khansa dengan
gusar, karena baru saja berpikir mesum lagi.
"Apa benaran? Jika
dia bernafsu tinggi," pikir galau Khansa seraya memiringkan kepalanya.
"Hish … mengapa
berpikir tentang itu lagi seh," gumamnya gusar seraya memukul pelan
kepalanya.
Gerakan tangan Khansa
terhenti, "Ei tapi, dia itu kan suami aku. Jadi masih boleh jika berpikir
mesum dengannya, bahkan bertindak mesum dengannya juga diperbolehkan,
sah"! gumam Khansa lagi sambil tertawa kecil mentup mulutnya dengan kedua
tangannya, karena merasa antara senang dan lucu.
Khansa segera menutup
lemari tersebut, kemudian memilih sebuah gaun panjang untuk dikenakan, gaun
tersebut benaran membentuk lekukan tubuhnya. Khansa juga memilih tas dan sepatu
yang senada dengan gaunnya. Khansa duduk di meja riasnya yang besar itu.
Membuka laci meja riasnya, dan di dalam laci tersebut tersusun rapih peralatan
dan produk make up, meski tinggal di desa, namun selalu dikunjungi tamu kelas
atas seperti Emily maka Khansa terbiasa melihat alat dan produk make up
tersebut, dan bisa mengapplikasian cara memakainya di wajahnya. Khansa menyisir
rapi rambut hitamnya itu lalu setelah selesai dia pun pergi menuju ke Hotel
Royal, supir keluarga Sebastian mengantarkan Khansa pergi kesana.
Hotel Royal bintang 6.
Khansa memasuki lobi, saat hendak naik ke lantai atas dengan lift, dia bertemu
dengan Jane.
“Eh Khansa, udah datang
ya. Baguskan? Ini hotel bintang 6, Hotel Royal namanya, kalau bukan karena
Jihan ingin kamu hadir di pesta ulang tahunnya, gadis kampungan kayak kamu mana
mungkin bisa datang ke tempat berkelas seperti ini seumur hidup!” Ejek Jane
dengan sok-sok’an.
Khansa menekan tombol
lift, lalu pura-pura menghela nafas, “ Hmm … anjing siapa sih ini, bisabisanya
ngak diikat dan dibiarkan gigit orang sembarangan.”
Ekspresi wajah Jane
sektika berubah, “Hei kamu!”
Penutup Bab 19 Novel Romantis Pengantin
Pengganti
Bab 19 selesai, Bagaimana
isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 19 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.