Bab 114 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 114
Leon tidak tertarik lagi dengan orang-orang
ini, dia menatap gadis yang sedang dirangkulnya itu, "Nyonya Sebastian
apakah kita sudah bisa pergi?"
Khansa mengangguk, "Baiklah."
Leon mengambil tangan kecil Khansa dan
membawanya pergi. Setelah mereka pergi, semua menatap ke wajah Yenny dan Laura.
Segala pujian yang baru saja Yenny dapatkan dengan cepat berubah menjadi hinaan.
[Ternyata orang ketiga itu adalah Yenny,
aku sempat mengira jika dia adalah pemeran utamanya]
[Maharani sangat bodoh, dia penyebab semua
ini bukan? Hati dan otaknya bermasalah. Menukar pernikahan kedua putrinya]
Yenny masih tidak bisa menerima, dengan
cepat mengejar langkah Leon. Namun, dihadang oleh Emily.
"Hei! Cacing kremi, mau kemana?"
ujar Emily sambil menarik lengan Yenny.
"Lepaskan tangan kotormu dariku!"
hardik Yenny.
"Sampah teriak sampah!" balas
hardik Emily.
Karena ingin mengejar Leon, maka kekuatan
Yenny seperti menjadi berkali-kali lipat. Yenny mendorong Emily sampai terhuyung,
lalu Yenny bergegas pergi.
Tubuh Emily terasa melayang namun, tidak
menyentuh tanah karena ada sepasang lengan kuat yang menopangnya. Emily mendongak
itu adalah Rendra Kawindra.
"K-kakak," panggil Emily terbata.
Emily segera membenarkan posisinya, "A-aku
akan mengejar Khansa."
"Tidak perlu! Biarkan mereka
menghabiskan waktu berdua," ujar Rendra.
"Jika begitu aku pulang saja,"
jawab Emily sembari berlalu meninggalkan Rendra.
Rendra mengikuti langkah Emily, merasa
diikuti Emily pun menoleh, "Apa sedang mengikutiku?"
"Jalan yang aku ambil sama dengan jalanmu,"
jawab dingin Rendra.
"Apa?"
Emily bersedekap di depan Rendra, "Apa
CEO Kawanidra tidak ada pekerjaan lain selain menguntitku?" tanya sarkas Emily.
"Kau adikku, jadi tidak ada salahnya mengikutimu,"
jawab dingin Rendra lagi.
Emily berdiri di koridor sambil menghela
napas, tak ingin sedetik pun lebih lama lagi bersama Rendra. Pada saat ini
seorang pria muda dan tampan menghampiri Emily.
"Emily apa itu kau? Apakah kau masih
mengingatku? Aku adalah teman Sekolah menengahmu,"Emily tersenyum dan
menyapa pria itu dengan sopan, "Halo."
"Emily aku sudah bertahun-tahun tidak
melihatmu, kau semakin cantik saja. Apakah kau masih lajang? Jika masih lajang
maka aku akan mengejarmu,'' ujar pria itu.
Belum juga Emily menjawab, suara dingin
Rendra langsung terdengar, "Dia sudah punya pacar."
Pria itu terkejut ketika melihat Rendra
Kawindra berkata seperti itu, sambil merangkul Emily. Sebagai teman sekelas
Emily dia pasti tidak akan melupakan kakak Emily, yang tidak suka jika ada anak
laki-laki yang menyukai Emily.
Pada waktu dulu, baik reuni kelas atau kumpul-kumpul,
Rendra kawindra selalu menemani Emily. Terkadang dia akan bersama sekretaris
pribadinya, duduk di sudut ruangan sambil memeriksa berkas-berkas pekerjaan.
Pria itu masih agak takut dengan Rendra,
"Halo Tuan Kawindra ... E-emily aku pergi dulu, masih ada pekerjaan yang
harus aku lakukan."
Emily menghempaskan rangkulan tangan Rendra,
"Apakah ada kakak sepertimu!"
"Kapan aku bisa punya pacar? Mengapa malah
menyebarkan isu?" ujar Emily.
Rendra Kawindra menggerakan bibir tipisnya
lalu berkata, "Kau punya pacar atau tidak hanya kau yang paling
tahu."
"Aku sudah lupa!" jawab Emily
Mata Rendra Kawindra tertuju pada bibir
merah Emily, dan bibir tipisnya membentuk lengkungan yang mengintimidasi,
"Lalu apakah kau ingin di ingatkan?"
Emily agak gemetar, "A-apa
maumu?"
"Tuan Kawindra, apakah masih
kekurangan wanita, mengapa selalu mengangguku?" tanya Emily.
"Mari kita lupakan masa lalu, jangan
diingat lagi. Aku masih sangat muda, usiaku baru 20 tahun. Hidupku baru akan
dimulai, kau carilah istri di antara para sosialita yang ada. Aku juga nanti
pasti akan bertemu dengan pria yang kusukai, kemudian kami menikah dan akan
memiliki anak, dan akan hidup dengan sangat baik," jelas Emily.
Rendra Kawindra menatapnya, perlahan
melengkungkan bibir tipisnya, "Buang harapanmu. Selama ada aku tidak ada
pria yang berani memikirkanmu dan tidak ada pria yang berani menikahimu dan melahirkan
anak denganmu."
"Terserah kau saja jika ingin berpikir
seperti itu," ujar Emily malas meladeni lalu melangkah dengan sedikit
berlari meninggalkan Rendra.
Leon sudah melajukan mobilnya, membawa
Khansa pergi dari lokasi Syuting. Leon sedang mengemudi, tangannya yang besar
menyangga di kemudi. Pergelangan tangannya yang kokoh mengenakan jam tangan
mewah, dan ujung lengan bajunya ditautkan dengan kancing perak yang mengkilap,
semakin membuat Leon tampak menawan.
Leon mengangkat kepalanya, dan melihat ke
kaca Spion, melihat jika ada yang mengikuti mobil mereka. Yenny Isvara sedang
mengikutinya, Khansa tidak memperhatikan karena sedang asyik memakan kue coklat
dengan selai Strawberry di atasnya.
"Direktur Sebastian, apakah kau mau
makan kue ini?" tanya Khansa sembari menyodorkan sendok berisi kue itu.
Leon melirik sedikit ada krim di ujung
bibir Khansa, lalu berkata "Suapi aku!"
Suasana hati Khansa sedang baik hari ini,
dia menuruti permintaa Leon, dia menyuapu satu sendok kue ke mulut Leon,
"A-aa bukuan mulutmu!"
Leon membuka mulutnya untuk makan, dan
membanting setir dengan tenang dan langsung berpindah jalur, mobil mewahnya langsung
menghilang di tikungan depan.
Yenny Isvara terus mengikuti mobil Leon,
meski diri sendiri juga bingung dengan apa yang akan dilakukannya, yang dia
tahu dia tidak akan melepaskan Leon, selalu merasa jika Leon Sebastian adalah
miliknya.
Tetapi mobil mewah di depannya, dengan
cepat berpindah jalur, dia tertangkap basah. Yenny ingin ikut berpindah jalur
namun, gagal. Yenny telah kehilangan jejak, masih tidak rela, Yenny mengmbil
ponselnya dan menelpon Leon berkali-kali.
Ketika tadi Leon merubah jalur, dengan
seketika saja Khansa jatuh ke pelukan Leon.
Leon memegang pundak Khansa untuk
menstabilkannya, dan berkata sambil tersenyum, "Apakah Nyonya Sebastian
ingin dipeluk?"
Khansa segera menstabilkan posisi duduknya,
"Direktur Sebastian mengapa tiba-tiba merubah jalur, dan menyetir begitu
cepat? Apa ada rubah yang sedang mengejarmu?"
Leon mengangkat alisnya, "Aku tidak
melihat ada rubah di belakang, kalu rubah di samping kursiku ada."
"Hisssh ..." khansa mendengus.
Khansa baru menyadari jika jalan pulang
yang diambil bukanlah jalan ke Villa Anggrek, "Direktur Sebastian, apa
kita tidak salah jalan?"
"Tidak salah jalan! Telepon nenek dan
katakan malam ini kita tidak pulang," jawab Leon.
Bulu mata Khansa berkedip, lalu bertanya
"Direktur Sebastian apa kau ingin membuka kamar hotel denganku?"
"Apa kau mengharapkanya?" tanya
Leon.
"Tidak!" Jawab cepat Khansa.
"Aku memiliki rumah, kadang aku
tinggal disana," jelas Leon.
Pria seperti Leon memang memiliki banyak
properti, meski dia menghabiskan sebagian besar waktunya di Villa Anggrek,
terkadang dia juga tinggal di rumahnya ini. Malam ini dia akan membawa Khansa
untuk tinggal di rumahnya.
"Apakah bisa tidak pergi?" tanya
khansa terbata.
"Lihatlah betapa gugupnya dirimu,
seperti akan ada sesuatu yang terjadi malam ini! Kalau begitu aku akan bersikap
kasar malam ini," ujar Leon.
Mendengar ancaman Leon, Khansa langsung
mengeluarkan ponselnya dan menelpon Nenek Sebastian.
Penutup
Bab 114 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 114 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 114 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.