Bab 112 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 112
Paman Indra mengatur supir untuk mengantar
Khansa ke lokasi Syuting.
Emily telah memakai sumber dayanya untuk
melancarkan jalan Khansa agar bisa masuk ke lokasi ini, Emily juga menjual nama
Direktur Sebastian untuk memasukan Khansa dalam sesi wawancara bersama Yenny.
Produser menyetujui, karena akan memiliki
rating yang tinggi. Dua kakak beradik dalam satu layar, dengan membawa satu
skandal yang sedang di soroti, "Direktur Sebastian menawan tapi
bodoh."
Mengetahui hal ini maka segera saja membuat
Laura Mahendea marah, "Apa-apaan ini ... tidak bisa begini!"
Yenny berpikir ini adalah suatu kebetulan,
Jika dia bisa mempermalukan Khansa hari ini bukankah itu akan bagus. Maka Yenny
berusaha menenangkan Laura.
"Tenanglah, jika ini kemauan Khansa.
Maka bukankah ini adalah sebuah keberuntungan bagi kita!" jelas Yenny.
"Maksdumu?" tanya Laura.
"Acara Reality Show ini kan, sangat
banyak peminatnya. Karena itu ini adalah momen yang tepat untuk mencoreng
Khansa, bahkan bisa jadi akan berimbas kepada Emily juga,” jelas Yenny.
Mendengar jika melalui acara ini bisa
menampar wajah Emily melalui Khansa maka Laura bisa kembali tenang,
"Baiklah jika begitu, mari kita mainkan bagian kita."
Khansa datang dengan memakai mobil biasa,
ketika Paman Indra menyediakan salah satu mobil mewah milik Leon, Khansa malah
menolaknya.
Sesampainya di lokasi Syuting, Emily
sendiri yang menyambut Khansa, "Ayo! Bintang utama aku telah datang."
"Kali ini kau harus mentraktir aku
makan siomay ya!" pinta Emily.
"Satu gerobak akan aku belikan, jika
kau suka kau bisa membawa abang penjulanya pulang juga," canda Khansa.
Dari jauh Yenny memperhatikan keakaraban
keduanya, Yenny mengepalkan tangannya, sedari dulu kedua gadis itu seperti
mercusuar, mudah terlihat.
"Kali ini aku akan meredupkan lampu
mercusuar kalian," ancam Yenny Isvara.
Di Villa Anggrek, Leon baru saja tiba
dengan Rendra Kawnindra, Paman Indra mengatakan jika Nenek sedang menunggunya
di ruang keluarga.
"Nenek Sebastian," sapa Rendra.
"Bagus sekali kau datang, semakin
ramai semakin riang," ujar Nenek Sebastian.
"Nenek ada apa?" tanya Leon.
"Temani Nenek menonton!"
"Apa! Nenek ... yang benar saja!"
ujar Leon.
Belum juga selesai bicara, Paman Indra dan
beberapa pelayan datang membawa nampan saji dengan aneka cemilan.
"Duduklah kalian berdua! Sudah lama
bukan? kalian tidak menemani nenek menonton seperti ini?
Rendra mengedipkan mata kepada Leon, lalu
segera duduk, "Jika begitu, cemilannya aku makan ya Nek."
"Makan, makanlah sampai puas,"
jawab Nenek Sebastian dengan senang hati.
Leon pun mau tak mau akhirnya duduk, Paman
indra menyerahkan berkas-berkas pekerjaan yang dia bawa pulang. Leon membaca,
mencoret mengkoreksi, memberi paraf, membubuhkan tanda tangannya. Sambil
sesekali memasukan buah anggur ke mulutnya.
"Nenek, sebenarnya apa yang akan kita
tonton?" tanya Leon.
"Masa depanmu!" jawan Nenek
Sebastian bersemangat.
"Haiish ...” gumam Leon sembari
menyesap air mineralnya.
Di lokasi syuting Khansa terlihat setenang
air, terlihat jernih. Jiwanya yang polos seperti dapat terlihat memantul di air
jernih itu.
Mereka berempat ada dalam satu ruang ganti,
sutradara masuk dan memanggil mereka, "Nona-nona ayo! Sudah saatnya."
Laura dan Yenny keluar lebih dulu,
setelahnya barulah Khansa dan Emily mengikuti. Adegan pertama adalah
pengambilan gambar ketika Laura dan Yenny menyantuni anak yatim, barulah
setelahnya dilanjutkan dengan sesi wawancara yang muda yang berkarya.
Yenny telah menitipkan pertanyaan melalui
Laura, pertanyaan tentang seputar Direktur Sebastian, sehingga dia bisa
mengungapkan ketulusan hati yang akan dilihat banyak orang.
Yenny, Khansa dan Laura duduk dalam satu
meja bundar. Lalu sesi wawancara pun dimulai. Pertanyaan-pertanyaan yang Laura
berikan adalah pertanyaan yang mengelukan-elukan Yenny setinggi langit.
"Bisa diceritakan awal pertemuanmu
dengan Direktur Sebastin?" tanya Laura.
Yenny sedikit terdiam, pikirannya melayang
pada kejadian kala itu. Ketika dini hari, yenny melihat Hendra Ugraha mengantar
Jihan di waktu dini hari, Jihan menceritakan jika Khansa sedang bermalam dengan
pria lain, berselingkuh dari tunangannya.
Mendengar hal itu, Yenny segera saja pergi
ke lokasi yang Jihan katakan, terobsesi menghancurkan Khansa, karena itu Yenny
ingin melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.
Di saat itulah dia mengambil kesempatan
untuk menggantikan peran Khansa sebagai penyelamat Leon, dengan membawa bukti
batu giok yang dia ambil ketika Khansa dengan tidak sengaja menjatuhkannya.
Yenny mejawab pertanyaan Laura dengan suara
lembut dan mata yang berkaca-kaca, "kami pertama kali bertemu, di saat
hari aku menyelamatkan nyawanya, di saat itu aku langsung saja jatuh cinta
kepadanya, jelas Yenny.
"Apakah karena ini, kau selama ini
selalu menjaga jarak dengan semua teman-teman priamu?" tanya Laura lagi.
"Ya, selama ini aku bekerja keras agar
sepadan dengannya, tidak berkencan adalah salah satu cara aku menjaga
kehormatanku untuk Direktur Sebastian," jelas Yenny dengan senyuman manis.
"Wah, sungguh kisah yang indah,"
puji Laura seraya menoleh kepada Khansa.
"Oh ya! Sebagai saudara meski tidak
sekandung, apakah ada hal yang ingin disampaikan, semisal memberikan selamat
kepada Yenny untuk hubungannya yang baru terjalin dengan Direktur Sebastian.
"Ah ya tentu! Momen sebagus ini mana
mungkin aku melewatkannya begitu saja,” Di Villa Anggrek, Leon malah menjadi
penontom yang paling serius menyimak di antara nenek Sebastian dan Rendra
Kawindra.
Khansa menatap Yenny sambil berdehem,
"Aku sangat yakin jika bukan hanya aku saja yang penasaran dengan
bagaimana cara kau menyelamatkan Direktur Sebastian, sehingga kau dapat
mengontrolnya?"
Mendengar Khansa menyebutkan kata
"mengontrolnya" membuat hati Yenny berbunga-bunga, itu sama saja
seperti pengakuan jika dirinya benar-benar telah menundukan Direktur Sebastian.
Yenny pun tersenyum lalu menjawab,
"Waktu itu aku datang, bersama supir. Pagi hari berjalan-jalan di bukit.
Lalu melihat Direktur Sebastian tidak sadarkan diri, dan aku pun segera saja
menolongnya," "Ah begitu," jawab Khansa.
"Yang aku ingat cerintanya tidak
begitu!"
"A-apa maksdumu?" tanya Yenny
terbata.
"Khansa jangan buat gaduh!" ujar
Laura. "Aku sedamg tidak begaduh, apa yang aku katakan memang benar” jawab
yakin Khansa.
Di Villa Anggrek, Leon menaikan satu
alisnya lalu berpikir, "Dari mana Khansa tahu jika kisahnya bukan yang
seperti dikatakan oleh Yenny."
"Yenny bukan penyelamatku! Khansa ...
Khansa dia adalah gadis di waktu itu." pikir Leon lagi.
Leon segera bangkit berdiri, mengambil
kunci mobilnya, Rendra yang melihatnya segera Saja mengikuti Leon.
"Hei! Mau kemana?" tanya Rendra
ketika sudah duduk di kursi penumpang.
"Menjemput istri!" jawab ringan
Leon dengan suara magnetisnya.
"Apa!" ujar Rendra yang berpikir
tadi kenapa dirinya ikut dengan Leon.
Di lokasi Syuting, suasana semakin memanas
karena Laura dan Khansa bersitegang, "Kau ini ya! Mengapa selalu saja iri
kepada Yenny!" ujar kesal Laura.
"Aku tidak berbohong, malah sebentar
lagi pasti Direktur Sebastian akan datang ke sini," tukas Khansa dengan
percaya diri penuh.
Penutup
Bab 112 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 112 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 112 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.