Bab 109 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 109
Maharani telah sembuh, dan tentu saja
sekarang energinya telah terkumpul lagi untuk berbuat jahat. Maharani berkata
kepada Yenny, "Jangan terlalu khawatir, khansa sudah menikah dengan pria
sakit-sakitan di Villa Anggrek, karena itu posisi Nyonya Sebastian hanya akan
menjadi milikmu seorang, kau pasti akan bisa menikah dengan Direktur Sebastian.
Beberapa hari kemudian, Yenny nanti akan
pergi ke kantor Leon Sebastian untuk membawa kabar berita dari Villa Anggrek.
Sementara itu, Fauzan dan Maharani akan pergi ke Villa Anggrek. Yenny berancana
mengajukan permintaan ketiga. Sementara fauzan dan Maharani berencana membongkar
perselingkuhan Khansa, hal yang mereka tuduhkan kepada Khansa.
Ponsel Maharani berdering, terdengar suara
Yenny ,'Bu, aku serahkan padamu dan kutunggu kabar baik dari kalian.”
“Baik.”
Maharani menutup teleponnya. Maharani
berada di dalam mobil. Fauzan masih marah dengan Maharani, karena skandal waktu
itu. Maharani berharap kebaikan yang dia lakukan hari ini akan meredakan
kemarahan fauzan kepadanya, fokus utamanya adalah mengambil hati fauzan, dengan
cara menggunakan Yenny untuk menjadikannya Nyonya sebastian di masa mendatang.
Fauzan dan maharani tiba di Villa Anggrek,
di pintu gerbang besar itu mereka melapor pada petugas keamanan, “Sebentar
Tuan, aku akan melapor dulu.”
Petugas keamanan berlalu pergi, Maharani
pun menyindir. "Hanya Villa biasa saja tapi sok misterius dan banyak
peraturan, seolah-olah tempat tinggal elite, kediaman keluarga kaya.”
Fauzan juga merasa terhina bahkan petugas
keamaan itu tidak membukakan pintu pagar untuk mereka. Nenek Sebastian sedang
memberi Flash makan daging segar, petugas keamanan itu melapor jika ada tamu,
ayah dan ibu nyonya muda mereka telah datang dan mereka ingin bertemu dengan
tuan muda.
Nenek Sebastian menunjukan senyum kecil
sembari memberikan sepotong dagin segar kepada Flash, “Ada hantu dan monster
datang berkunjung, Nenek akan menyambit mereka dulu ya! Kau tenang-tenang di
sini, habiskan dagingmu ya!”
Paman Indra yang mendengar nenek Sebastian
berkata seperti itu pun terbatuk-batuk, merasa jika Nyonya Sebastian ini akan
mengerjai orang. Hati Paman Indra berdegup kencang ketika Nyonya Sebastian
meliriknya.
Nenek Sebastian berkata, "Ayo, kita
pergi berjalan-jalan!"
“jalan-jalan?” Paman indra berdiri tegak, tidak
berani bergerak sama sekali.
Nenek Sebastian menghela Napas,'Ayo!"
Paman Indra yang berulang kali dijadikan
tameng untuk memblokir serangan tiba-tiba saja merasa suhu di badannya menjadi
dingin, lalu berkata, “Nyonya apakah kau akan menjadikan aku sebuah umpan lagi?”
Nenek Sebastian hanya menjawab dengan
terkekeh, “He .... he...”
Ketika fauzan dan Maharani telah sedikit lama
menunggu, petugas keamanan itu datang dan mengatakan jika saat ini kediaman
mereka sedang tidak bisa menerima tamu.
“Apa tidak menerima tamu? Kami sudah setengah
jam menunggu!"
Maharani hampir pingsan karena kesal, Mata
Maharani terlihat redup. Jika tidak bisa masuk ke Villa Anggrek maka mereka
tidak bisa bertemu dengan menantunya yang sekarat itu.
Maharani tiba-tiba berteriak "Lihat
itu!"
“Itu pasti suami Khansa, dia berjalan Bersama
Nyonya Sebastian,” tukas Maharani.
Paman Indra berusia 50 tahunan, dipaksa
berjalan-jalan keluar ke halaman depan oleh Nenek Sebastian, bahkan Nenek
Sebastian menggandeng tangan Paman Indra, terlihat sedang memapah Paman Indra.
Seorang pelayan datang ke arah Nenek
Sebastian dan Paman Indra, lalu membungkuk hormat tepat di depan Paman Indra.
Fauzan yang melihatnya langsung saja meminta Maharani untuk segera mengambil
foto.
“Cepat foto dan kirimlan kepada
Yenny!"
Mendengar Fauzan sudah mau berbicara dengannya
lagi, maka dengan semangat tinggi Maharani mengambil beberapa foto.
Lalu mengirimkannya kepada Yenny.
Di dalam mobil menuju ke kantor Leon
Sebastian, Yenny melirik ke ponselnya, lalu melihat pesan foto yang di kirimkan
oleh Maharani.
Yenny terkejut, “Bu apakah pria tua itu adalah
suami Khansa?”
“Ya! Ternyata Khasan menikah dengan pria
tua dan sakit-sakitan,” balas pesan teks Maharani kepada yenny.
“Bagus sekali, aku akan membawa foto ini
kepada Direktur Sebastian,” ujar senang Yenny.
“Nanti ketika Direktur Leon melihat ini,
pasti akan segera meninggalkan Khansa, ujar senang yenny lagi.
“Bu kau sangat hebat!” puji Yenny.
“Mari kita menunggu pertunjukan yang
bagus," balas pesan teks Maharani lagi kepada Yenny.
Yenny sampai di kantor Leon, pergi ke
receptionist namun karena tidak ada janji maka Yenny tidak berhasil menemui,
receptionist juga mengatakan jika Direktur mereka saat ini sedang ada di Eropa.
Merasa sudah memegang bola panas di tangannya maka Yenny pun memikirkan cara
lain agar Leon bisa mengetahui tentang foto-foto yang baru saja didapatnya.
“Baiklah aku akan mengunggahnya di Internet,”
gumam Yenny.
Baru saja di posting, itu langsung saja meledak
menjadi berita yang hangat diperbincangkan. Saat ini Khansa dan Emily masih
menghabiskan waktu Bersama. Tiba-tiba Emily tersedak kuah bakso pedas yang
sedang dia makan.
“Uhuk ... uhuk ...” Emily terbatuk sampai
wajahnya memerah.
“Ini Siapa?" tanya Emily sembari menunjukan
foto Paman Indra kepada Khansa.
“Kepala pelayan di Villa Anggrek,"
jawab Khansa.
“Kau sedang di bully lagi, mereka bilang
kau adalah istri dari kakek tua ini,” tukas Emily sambil berusaha menstabilkan
batuk-batuknya itu.
“Apa?" tanya Khansa terkejut.
Khansa segera berselancar di internet dan
mendapati dirinya menjadi viral lagi, “ Khansa menikah dengan pria tua.”
Netizen ramai-ramai mencemooh Khansa.
[Pantas saja Khansa menjadi liar, suka mencari
pria muda di luar rumah]
[Direktur Sebastian benar-benar sedang
ditipu]
Emily mengambil segelas orange jus
dinginnya, menyesapnya dengan cepat. Lalu mulai mengetik kata-kata untuk
membalas para pembuli itu, "Apakah kalian buta, yang mengejar-ngejar
Khansa itu adalah Direktur Sebastian, dia yang tidak mau melepaskan Khansa.
Coba saja kalian pikir! Apa yang tidak dimiliki oleh Direktur Sebastian?
Tampan, kaya dan menawan tapi bodoh. Mengapa
malah mengejar wanita yang sudah menikah?”
Baru saja beberapa menit di posting, namun sudah
mendapatkan banyak respon.
[Direktur Sebatian yang menawan tapi bodoh,
ha ha ha ha]
[Ada yang iri dan ingin bisa seperti
Khansa, menikah dengan kakek-kakek tapi malah bisa menjerat Direktur Sebastian]
Trending topik telah berubah menjadi Direktur
Sebastian, menawan tapi bodoh. Sementara itu, Leon baru saja tiba di bandara.
Leon mempersingkat jadwal kerjanya di Eropa hanya karena merindukan landak
keciilnya itu. Tapi sungguh terkejut ketika dia sampai di Palembang malah mellihat
berita tentang dirinya yang menjadi trending topik dengan judul, “Menawan tapi
bodoh"
Leon melihat foto Paman Indra yang di salah
sangka sebagai dirinya, Khansa segera saja Kembali ke rumah begitu melihar
berita viral tentang dirinya.
Khansa segera mencari Nenek Sebastian,
“Nenek ... paman Indra ..” Khansa bingung mengutarakan pertanyaannya.
“Ayah dan ibu tirimu tadi datang, Nenek hanya
membantumu menghajar mereka sedikit!” jelas Nenek Sebastian.
“Nenek apa maksudmu?" tanya Khansa.
Saat ini pintu Villa terbuka, tubuh yang
tinggi ramping terlihat berjalan masuk, Leon sudah pulang. Khansa menoleh ke
arah Leon dan teringat label baru yang disematkan kepada Leon, “Menawan dan
bodoh,”
Saat ini Leon tengah berdiri dengan mantap
di depan Khansa dan Nenek Sebastian, pandangan matanya menyipit memandangi
Nenek Sebastian, lalu kepada Khansa dan menghentikan pandanganya kepada Paman
Indra. Leon merapatkan bibirnya yang tipis, jelas terlihat sedikit tidak
senang.
Paman Indra merasa tengah duduk di atas
tumpukan jarum, ingin berteriak keras jika ini semua ulah Nenek Sebastian. Leon
melepaskan mantelnya dan memberikan kepada pelayan, dia mengangkat bibir tipisnya
dan berkata dengan tenang.
“Paman Indra!”
Paman Indra langsung melirik kepada Nenek
Sebastian, leon meneruskan perkataannya, “Paman indra, aku ingat ada pohon
belimbing wuluh di taman belakang. Semua belimbing itu aku hadiahkan untuk Paman.
Habiskan semuanya malam mini!”
“Apa ... habiskan semua belimbing wuluh?” pikir
Paman Indra.
Paman Indra melemparkan tatapan SOS kepada
Nenek Sebastian, dan hanya di jawab dengan sebatas lirikan saja oleh Nenek
Sebastian, namun Paman Indra mengerti maksud lirikan itu yang mengatakan
,”Jangan panik.”
Nenek Sebastian segera berkata, “ Leon, Paman
Indra sudah tua. Bagaimana dia bisa menghambiskan semua belimbing wuluh yang
terasa asam itu.” Leon melirik ke arah Nenek Sebastian.
“Ah ya aku lupa, jika Nenek suka sekali
memasukan belimbing wuluh ini kedalam sambal. Jadi bagaimana jika Nenek menghabiskan
setengahnya dan Paman Indra setengahnya lagi.
Reaksi Nenek Sebastian langsung saja
berubah ketika mendengar Leon mendengar perkataannya. Nenek Sebastian langsung
saja berdiri lalu berkata. “Paman Indra ini semua salahmu, jika melakukan
kesalahan maka harus bertanggung jawab, Semua belimbing wuluh itu habiskan saja
sendiri, jangan ada sisa.”
Khansa langsung saja menarik lengan leon, “
Hei! Jangan terlalu serius, Nenek dan paman Indra hanya sedang bercanda saja denganmu.”
Leon menatap mata hitam pekat Khansa.
Melihat landak kecilnya ini sedang menatapinya dengan tatapan yang tidak berkedip
dengan maksud memohon ampun.
Leon mengernyitkan alisnya, Khansa langsung
saja berjinjit dan mencium pipi tampan suaminya itu. Leon berdehem, lalu
berkata,” Karena Nyonya Muda sudah berkata, maka lupakan saja kali ini.”
Khansa segera menarik Leon naik ke atas, ke
kamar mereka. “Nek, kami ke kamar dulu, Leon pasti Lelah setelah menempuh perjalan
jauh,” ujar Khansa.
Setelah Leon dan Khasna beranjak pergi,
Nenek Sebastian menoleh kepada Paman Indra seraya berkata, “Sudah kukatakan
bukan? Jangan panik. Kau ini penakut sekali.”
Paman Indra yang kakinya sudah terasa lemas
berpikir mendekati Nyonya Muda kedepannya sepertinya akan banyak membawa
keamanan diri baginya.
Penutup
Bab 109 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 109 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 109 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.