Bab 108 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 108
Leon mempercepat langkahnya, tidak ingin
menggoda Khansa, karena nanti malah dia yang akan menderita. Sementara Khansa
berada di kamar mandi cukup lama, menenggelamkan diri dalam air dingin.
Meredakan rasa panas di tubuhnya dan juga mencuci bersih rasa malunya.
Leon sudah mandi di kamar sebelah, dia
memakai piyama kain sutra hitam, rambutnya masih terlihat basah, terlihat muda
dan tampan. Leon masuk ke kamar dan melihat tubuh langsing yang telah berbaring
di ranjang.
Khansa berbaring dibawah selimut sutra,
menampakan kepalanya yang kecil. Sepasang mata hitam yang kecil sedang menatap
Leon seperti Flash ketika menatap.
Melihat Leon sudah masuk ke kamar, Khansa
dengan patuh bergeser, memberinya ruang di sisinya. Leon menarik selimutnya
lalu naik ke atas ranjang.
Leon tersenyum lalu berkata, "Mengapa malu-malu?
Apa tidak pakai baju?"
Khansa memicingkan matanya, lalu menarik
selimutnya kebawah, menunjukan piyama hitamnya dan wajahnya yang tidak memakai
cadar, menunjukan rambut hitam panjangnya yang sehalus sutra, tubuh Khansa
menebarkan harum yang semerbak.
Leon menunduk, "Aku ingin menciummu boleh?"
Khansa mengernyitkan alisnya, berpikir jika
saat ini Leon tengah menggodanya, karena biasanya jika ingin menciumnya maka
Leon akan langsung menciumnya.
Khansa menarik selimutnya lagi, menutupi
tubuh dan setengah wajahnya seraya berkata, "Tidak boleh!"
"Baik lupakan saja!" ujar Leon
lalu menegakan tubuhnya.
Khansa tiba-tiba menarik selimutnya,
mengangkat kepalanya lalu secara inisiatif menarik leher Leon lalu mencium
bibir Leon.
Leon tercengang, sementara Khansa sudah
kembali menarik selimutnya dan tertawa dibawah selimut.
"Gadis kecil sudah mulai nakal
ya!" ujar Leon menggodai pengantin kecilnya itu.
Leon mengulurkan lengannya yang kuat dan
menarik tubuh Khansa keluar dari selimut sutranya, kemudian mendudukan di paha kokohnya.
Ada satu pil di ujung jari Khansa, lalu
Khansa membunjuknya agar Leon mau makan pil itu, "A-aa buka mulutmu!"
"Apa ini?" tanya Leon.
"Pil ajaib, setelah memakan pil ini
maka kau akan selalu terikat kepadaku, tidak biaa melihat wanita lain, jawab
Khansa.
Leon membuka mulutnya, dan langsung menelan
pil itu, "Aku sudah patuh, beri hadiah!"
"Direktur Sebastian ingin hadiah
apa?" tanya Khansa.
"Sesuatu yang manis!" pinta Leon.
Leon memeluk pinggul ramping Khansa, lalu
menekannya dan memberinya ciuman yang hangat. Leon tidak memejamkan mata, ingin
memandangi wajah cantik Khansa. Setelah pengakuan dalam mabuk tadi, nampkanya
Khansa mulai melunak kepada Leon.
Tubuh Khansa melemas dalam pelukan Leon,
wajahnya merona merah dalam ciumannya, Leon tidak menahan diri Leon memeluk
Khansa lebih dalam dan menciumnya lebih dalam lagi.
Setelah berciuman, Khansa meletakan
kepalanya di dadanya. Leon tersenyum sambil mengusap lembut puncak kepala
pengantin kecilnya itu, "Nyonya Sebastian sangat manis."
Khansa menegakan tubuhnya, lalu bersila
"Direktur Sebastian, kemarilah dan berbaring disini, perintah Khansa
seraya menepuk-nepuk kakinya yang sedang bersila.
Leon melihat kaki Khansa yang bersila, lalu
dengan patuh menyangga kepalanya dan menutup matanya.
Khansa mengeluarkan jarum peraknya dan
menusuk titik matahari, memutarnya dengan lembut. Titik ini berada pada pelipis
mata yang terletak beberapa sentimeter dari alis. Titik ini bisa melepaskan
stress dan menenangkan pikiran serta tubuh, di tambah dengan pil yang baru saja
diminum maka akan menambah kualitas tidur Leon.
Teknik akupuntur Khansa sangat terampil, sehingga
membuat Leon merasa nyaman.
Leon yang sedari tadi memejamkan matanya,
menikmati teknik akupuntur Khansa, tiba-tiba saja membuka matanya lalu bertanya
kepada Khansa, "Apa kau tidak takut kepadaku?"
"Takut kenapa?" tanya heran
Khansa.
"Aku bisa saja sewaktu-waktu kambuh
dan menjadi brutal, maka jika sedang seperti itu bisa jadi aku tidak
mengenalimu dan malah melukaimu," jelas Leon.
Khansa merasa simpati kepada Leon lalu
mengulurkan tangan kecilnya dan memeluk pinggang kuat Leon, lalu berkata dengan
nada penuh sayang, "Direktur Sebastian selama kau tidak meninggalkan aku,
maka aku tidak akan menyerah."
Leon membalas pelukan Khansa dengan pelukan
yang lebih erat lagi, ketika melihat Khansa terlelap Leon pun berbisik,
"Aku pasti akan sembuh."
Keesokan paginya, sisi ranjang Khansa telah
dingin, Leon sudah pergi. Khansa membersihkan dirinya lalu turun mencari Leon.
"Paman Indra! Tuan Sebastian sudah
pergi kah?" tanya Khansa.
"Ya Nyonya, tadi pagi-pagi
sekali," jawab Paman Indra.
“Ini dari Tuan," ujar Paman Indra
seraya menyerahkan sebuah surat.
"Berikan cintamu, sayangmu. Percaya
padaku," goresan pena Leon tergurat dengan tegas danjelas.
"Tuan bilang ada perjalanan bisnis ke
Eropa selama lima hari," jelas Paman Indra lagi.
Khansa menghela napas, selama ini mereka
perang dingin dan baru saja berbaikan tadi malam. Lalu Khansa memaklumi jika
Leon tidak sempat mengatakan tentang ini kepada Khansa. Nenek Sebastian melihat
ada Khansa tentu senang bukan main, "Khansa kau sudah pulang?"
"Nenek aku rindu sekali dengan
Nenek," ujar Khansa.
Nenek Sebastian memeluk Khansa, "Apa bocah
itu memaksamu untuk pulang?"
"Tidak Nek! Ini kemauan aku
sendiri," jawab Khansa menyelematkan Leon.
"Bagus sekali, jika kalian sudah berbaikan.
Ayo! Temani nenek untuk sarapan."
Khansa pun menggandeng lengan Nenek
Sebastian untuk menemani makan pagi. "Ding' ponsel Khansa menerima
notifikasi pesan dari Emily.
"Apa kau baik-baik saja?"
"Apa semalam Direktur Sebastian menghabisimu?"
tanya Emily bertubi-tubi.
"Menghabisi kepalamu!" balas
pesan teks Khansa lagi kepada Emily.
"Temani aku! Bosan sekali di sini jika
kau tidak menemani!" pinta Emily.
"Siapa?" tanya Nenek Sebastian.
"Emily," jawab Khansa.
"Ada apa?" tanya Nenek Sebastian
ingin tahu.
"Memintaku menemaninya," jawab
Khansa.
"Jika begitu pergilah! Teman sejati
sulit didapat, tapi musuh mudah didapat. Jadi hargailah, jika memang senggang
maka temui dia," nasehat Nenek Sebastian.
"Jika begitu aku akan pergi
menemuinya," ujar Khansa seraya mengangguk dan tersenyum.
Di rumah kediaman Isvara nampak Yenny
sedang membunjuk Fauzan dan Maharani agar mau pergi ke Villa anggrek untuk bertemu
menantu mereka, suami Khansa. Tujuannya adalah memberitahukan tentang Khansa yang
mempunyai pria lain sebagai pria peliharaannya.
"Bu, bukankah sebagai menantu. Ketika
ibu di rawat di rumah sakit, seharusnya dia datang bukan? Untuk menjenguk ibu,"
bujuk Yenny.
"Jika Ayah dan Ibu memberitahukan
tentang perselingkuhan Khansa dan Direktur Sebastian, maka sudah dipastikan
keluarga besan akan memaksa Khansa untuk meninggalkan Direktur Sebasian,"
jelas Yenny.
"Dengan begini maka tidak akan ada lagi
yang menghalangiku untuk menjadi Nyonya Sebastian," ujar Yenny dengan
suara senang menghayal.
Jika saja Yenny, mengetahui dirinya hampir
menjadi Nyonya Sebastian, tapi dia malah mendorong Khansa untuk menjadi
pengantin pengganti, maka niscaya Yenny akan meratap seperti orang yang baru
saja hilang akal.
Selangkah lagi akan menjadi Nyonya
Sebastian. Tapi, kesempatan itu dibuang dengan begitu saja.
Penutup
Bab 108 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 108 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel
hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita
lanjut ke Bab 108 Novel Romantis
Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.