Bab 106 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 106
Yenny yang mendengar perkataan Leon sambil
menahan napas karena terkejut, merasa jika saat ini dia sedang mengalami
halusinasi pendengaran. Semua benar-benar di luar bayangan.
Wajah Yenny memucat, di telinganya saat ini
malah terngiang-ngiang suara Leon yang mengatakan jika dia adalah pria
peliharaan Khansa.
Leon berkata lagi dengan nada suara rendah
dan membujuk Khansa, "Sekarang mereka sudah mendengarnya, mereka sudah
percaya, apakah kita bisa pulang sekarang?
Khansa melepaskan rangkulan tangannya dari
leher Leon, "Emily ... Emily ..” panggil Khansa.
Emily menggigit bibir bawahnya, lalu
berkata "Khansa kau pulang saja!"
Belum sempat Khansa menjawab, Leon
menggendong Khansa dari samping dan membawanya keluar dari ruang VIP itu.
Yenny masih tidak rela melihat Khansa
dibawa pergi oleh Leon, lalu berteriak dengan nada sedih, "Direktur
Sebastian."
Hal ini dilihat oleh Simon dan Hansen yang
juga datang ke acara tersebut, mereka langsung saja mengejar langkah Leon.
"Kak! Bukannya baru datang. Mengapa
terburu-buru pulang?" tanya Simon.
"Issh kau ini, tidakkah kau lihat
siapa yang ada di dalam pelukannya?" tukas Hansen.
"Kakak ipar," ujar Simon.
Leon berkata dengan ketus,
"Pergi!"
Simon dan Hansen terkejut dengan apa yang
baru saja mereka lihat, dan mereka pun paham jika Khansa sudah menawan hati
kaisar bisnis, hati Leon Sebastian.
Para sosialita yang tadi ramai-ramai ingin
mempermalukan Khansa, sekarang berbalik memandang ke arah Yenny, "Apa ini
yang terjadi, bukankah Direktur Sebastian baru saja memberimu 20 milliar
beberapa hari yang lalu?"
"Bukankah kau bersama Direktur
Sebastian, lalu mengapa malah yang terlihat sepertinya Direktur Sebastian malah
lebih memilih Khansa?" ujar mereka.
"Ya bahkan tadi kalian bilang, jika
Direktur Sebastian memberikan kartu elitenya kepada Khansa," ujar salah
satu sosialita yang di sana.
Wajah Yenny memucat, jebakan yang dia
pasang untuk menjerumuskan Khansa malah berbalik menjerumuskannya. Sekarang
seluruh kota Palembang tahu jika 20 miliar kemarin hanya guyonan saja, Malam
ini Leon sudah memberikan tamparan keras pada wajah Yenny meski tidak dengan
tangannya langsung, terkadang lidah lebih tajam dari pisau.
Para sosialita itu pun kembali
berbisi-bisik, sehingga membuat wajah Yenny sepucat kertas putih.
[Apa kau lihat? Tadi Direktur Sebastian
melewati Yenny begitu saja, tidak memandangnya, seperti tidak terlihat]
[Ayo pergi! Kita bahkan tidak menikmati 20
milliar dari Direktur Sebastian, jadi buat apa jadi kaki tangannya untuk
menjatuhkan Khansa]
Yenny melihat Rendra yang masih berdiri di
tempatnya, lalu Yenny menghampirinya dan beratanya, "Ada hubungan apa
antara Khansa dan Direktur Sebastian?"
Belum juga menjawab pertanyaan Yanny,
perhatian Rendra telah beralih kepada Emily yang baru saja keluar dari ruangan
VIP. "Kakak!" sapa manis Emily. Rendra menatap Emily dengan mata
hitamnya yang dingin, melihat Emily mengenakan pakaian yang ketat, Rendra menggigit
bawah bibirnya dengan tidak senang, "Kemarilah! Aku akan mengantarmu
pulang."
Emily melangkah maju, "Tidak usah, aku
bisa pulang sendiri, silahkan lanjutkan obrolan kalian," jawab Emily
sambil berlalu pergi tanpa menoleh ke belakang.
Rendra memandangi punggung Emily yang
meninggalkannya. Namun, lamunannya dibuyarkan oleh tarikan tangan Yenny,
"kau belum menjawab pertanyaanku."
Rendra menjawab acuh tak acuh,
"Tanyakan saja langsung kepadanya, aku tidak diberi hak untuk
menjawabnya.”
"Aku tidak tertarik tentang konflik
kau dan Khansa, nasehatku hanya satu. Jangan melirik orang yang tidak patut kau
lirik." ujar Rendra lalu bergegas pergi mengejar Emily.
Emily sangat cantik, dia tampak seperti
boneka porselen saat masih kecil. Pada saat itu semua anak laki-laki yang
bermain dengan Laura Mahendra, mengelilingi Emily dan mempersembahkan bunga,
mainan, coklat hanya untuk menyenangkan hati Emily.
Ketika tumbuh dewasa, Emily sudah di
elu-elukan. Banyak pria yang menantikan dia tumbuh dewasa, dan Laura Mahendra
sangat membenci ketika melihat Rendra Kawindra sangat memanjakan adik angkatnya
itu.
Langkah Rendra sangat cepat, baru saja
sampai belokan koridor Rendra telah menarik lengan Emily, "Apa kau tadi
juga meminumnya?"
"Minum apa?"
"Two tone," jawab Rendra.
"Apa ? Aku harus memberi tahu
khansa."
Bermain di lingakaran sosialita kaya dan
dunia hiburan, Emily sangat tahu itu apa. Memperkirakan jika teman baiknya itu
tidak bisa mentolerir alkohol dalam tubuhnya meski sedikit saja sudah sangat
membuat khawatir, apalagi mendengar dalam minuman Khansa telah dituangkan two
tone.
"T-tapi dia sedang mabuk, Direktur
Sebastian tidak akan mengambil kesempatan kan?" tanya Emily cemas.
Khansa itu sama seperti dirinya, memiliki
keterbalikan yang aneh, jika Emily tiap pagi haruslah memakan makanan pedas
untuk sarapan pagi, jika tidak pedas maka Emily akan mengalami sakit perut.
Sedangkan, Khansa kebal pada racun, tapi tingkat toleransinya terhadap zat
alkohol sangatlah rendah.
Leon sedang melajukan mobilnya, dengan lengan
baju hitam dilipat dua kali lipat.
Memperlihatkan lengannya yang kuat. Duduk
di kursi penumpang, Khansa sudah mabuk dan pusing, seluruh tubuhnya melayang
dan tubuhnya perlahan-lahan menjadi hangat.
"Panas sekali..."
Khansa membuka dua kancing kemejanya tulang
selangkanya langsung saja terlihat dengan indah, "Panas..." gumam
Khansa lagi yang berniat membuka kemeja yang dia pakai.
Leon yang melihat keadaan Khansa saat ini
langsung saja merasa otaknya sedang tersengat ribuan Volt listrik bertegangan tinggi.
Satu tangan Leon memegang setir, satu
tangannya memegang tangan Khansa, menghentikan gerakannya yang ingin melucuti
bajunya sendiri, "Jangan lepas! Jangan lepas lagi ya!" pinta Leon.
Khansa menoleh ke arah suara magnetis Leon,
mata Khansa menyipit ingin mempertegas penglihatannya. Khansa mendapati Leon
sedang memandangi tulang selangkanya.
Kepala Khansa pusing lalu memberi Leon
sebuah tatapan yang konyol, Leon juga memandangnya, menggulung jakunnya dengan
acuh tak acuh seraya berkata, "Jangan lepas lagi! Atau aku akan melihat
semuanya."
Khansa langsung menarik kemeja yang
kancingnya sudah dilepas tadi olehnya, "Ya Tuhan apa yang aku lakukan?
Membuka pakaianku di depannya."
Khansa menutupi wajahnya karena merasa
malu. Namun, suhu di tubuhnya semakin menghangat dan membuatnya tidak nyaman.
Saat ini panggilan ponsel dari Emily masuk
ke ponsel Khansa, Leon menjawabnya dan menyalakan speaker ponsel Khansa, dan
langsung saja terdengar suara panik Emily.
"Khansa kau di mana? Tadi itu kau baru
saja meminum two tone," Mendengar two tone disebut, Leon langsung menaikan
satu alisnya. Leon secara alami tahu apa itu.
Aroma tubuh Khansa yang manis tercium,
tubuh halus Khansa terjatuh di pundaknya, Leon segera memutuskan sambungan
ponsel dari Emily.
Wajah kecil Khansa menempel di pundak Leon,
Khansa menggosok-gosokan kepalanya seperti anak kucing lalu berbisik lembut,
"Sepertinya aku demam tinggi ... Aku sangat panas."
Khansa mencium aroma tubuh dewasa dari
Leon, Khansa mengulurkan tangannya untuk memeluk Leher Leon. Mengatupkan mulut
kecilnya dan mencium wajah tampan Leon.
Leon sedang menyetir dan setir di tangannya
hampir saja hilang kendali karena serangan tiba-tiba dari Khansa. Leon dengan
cepat menstabilkan setirnya dan dengan lancar mengubah jalur dengan lancar dan
cepat.
Gadis yang seperti kucing di sebelahnya
sedang menggangunya dan dia telah menciumnya beberapa kali saat dia berpindah
jalur, menciumnya dengan bertubi-tubi.
Penutup
Bab 106 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 106 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 106 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.