Bab 105 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 105
Seluruh hati Yenny tenggelam dalam rasa
cemburu yang selama ini menumpuk di hatinya bak bara api. Memikirkan alasan
mengapa kartu elite Leon Sebastian ada di tangan Khansa.
Yenny berdiri membeku di tempatnya, kedua
tangan yang berdiri di sampingnya telah dikepalkan dengan kuat-kuat.
"Baiklah karena kau yang memintanya,
maka aku akan menghadiahkan kehancuran kepadamu," gumam Yenny.
Yenny mulai memainkan trik lamanya,
menggunakan tangan orang lain untuk melakukan kejahatan. Yenny berjalan ke arah
para sosialita yang terlihat sedang memandang sinis ke arah Khansa dan Emily.
Malam ini Emily memakai atasan bewarna
merah bergaya kerah sabrina memperlihatkan tulang selangkanya yang indah, Emily
memakai bawahan celana jeans ketat yang mempertegas keindahan bentuk betis
Emily. Sedangkan, Khansa memakai kemeja dan juga sama seperti Emily memakai
celana jeans.
Kaki ramping kedua gadis cantik ini tentu
saja sungguh menarik perhatian pria dan wanita yang melihatnya. Yenny pun mulai
angkat bicara, "Aku lihat-lihat kalian tidak kalah cantiknya dengan Emily
dan Khansa, jadi tidak seharusnya para pria itu hanya memandangi mereka berdua
saja."
Laura yang melihat kedipan mata Yenny pun
paham lalu ikut mengompori, "Yang aku tahu Khansa sudah menikah, tapi
malah berani menggoda Direktur Sebastian."
"Benarkah?" tanya salah satu
sosialita.
"Ya tentu saja benar, aku dan Yenny
pernah melihat Khansa menggesek kartu elite Direktur Sebastian," jelas
Laura.
"Berani sekali gadis dusun itu
menggoda idola kita,” gumam mereka bersamaan dengan nada menghina.
"Kita harus memberinya
pelajaran," gumam mereka lagi.
"Apakah kalian tahu, jika orang yang
sedang mabuk akan berkata jujur" ujar Yenny. "Maksudmu?" tanya
salah satu sosialita. "Khansa tidak bisa mentolerir alkohol, sedikit saja
maka dia akan bisa sangat mabuk. Nah pada saat itu kalian bisa mencari tahu
kebenaran hubungan Direktur Sebastian dan Khansa," jelas Yenny.
"Hei! Apakah kau bisa memanggil
Direktur Sebastian untuk datang ke sini, agar dia juga dapat mendengarkan
kebenarannya. Pengakuan Khansa sudah menikah!" pinta salah satu dari
mereka.
"Ya Dirketur Sebastian harus tahu jika
Khansa hanya mengincar hartanya saja, karena dia menikah dengan pria penyakitan
yang tidak bisa bekerja dan menafkahinya lahir batin," usul rencana salah
satu dari mereka.
"Tentu saja bisa, apakah kalian lupa
jika Direktur Sebastian dekat dengan Yenny," jawab Laura.
Yenny pun mengeluarkan ponselnya dan
memotret pemandangan Khansa dan Emily yang sedang di kelilingi oleh pria-pria,
'Ding' ponsel Leon menerima notifikasi pesan foto tersebut.
Leon menaikan satu alisnya, Leon segera bersalin
pakaian, dan segera membuka pintu.mobilnya. Leon mengirimkan pesan foto
tersebut kepada Rendra.
Rendra pun melakukan hal yang sama ketika
melihat foto tersebut, segera melajukan mobilnya dengan cepat ke aula pesta
yang di maksud oleh Leon.
"Direktur Sebastian pasti akan datang,
sisanya kalian yang urus," ujar Emily.
"Tenang saja! Malam ini Khansa akan
hancur" ancam mereka.
Mereka sedari tadi memperhatikan jika
Khansa hanya meminum juice jeruk saja, maka ketika melihat Khansa dan Emily
masuk ke ruang VIP ini adalah kesempatan mereka.
Salah satu dari mereka, mencampurkan juice
jeruk itu dengan alkohol dengan kadar yang tinggi. Lalu meminta pelayan
mengantarkan ke ruangan VIP.
Di dalam kamar VIP nampak Emily sedang
sibuk membahas pekerjaan melalui ponselnya. Sementara Khansa hanya dalam
beberapa teguk saja sudah menghabiskan minuman itu.
Emily menoleh ke arah Khansa ketika
mendengar Khansa bertahak, Emily segera menutup sambungan telponnya
"Khansa! Kau ... kau mabuk ... kau mabuk."
"Astaga ..." ujarnya lagi.
Di luar, Yenny berkata "Lihatlah itu
Direktur Sebastian telah datang," ujar Yenny sembari menunjuk ke arah
karpet merah.
Malam ini Leon memakai kemeja hitam dan
celana hitam, pakaian buatan tangan yang mahal itu disetrika dengan licin dan
rapih. Leon berjalan di karpet merah dengan anggun elegan sekaligus berwajah
dingin.
Yenny menatap benci kepada para sosialita
yang memandangi Leon dengan penuh kekaguman, meski mereka ada di lingkaran
keluarga bangsawan, tapi bukan beraerti mereka pernah melihat Leon. Jika bukan
karena ingin menjatuhkan Khansa, maka Yenny tidak akan rela Leon memunculkan
diri di depan mereka.
Rendra Kawindra ada di sebelahnya, sontak
saja ini menarik perhatian semua yang ada di aula besar itu.
Para sosialita yang hadir mengidolakan para
aktor, tapi malam ini penampilan Leon sudah benar-benar menjatuhkan pangsa
pasar mereka.
Ditambah dengan gaya elegan Leon ketika
sedang berbicara kepada Rendra, aura yang menyertai Leon adalah pesona terbesar
yang menunjukan status kekayaan dan kekuasaan seorang pria.
"Nah Direktur Sebastian telah datang,
sekarang saatnya membuka topeng Khansa, ujar Laura.
Dua sosialita yang sedari tadi menunggu
kedatangan Leon pun segera menghampirinya, "Direktur Sebastian apa kabar?
Ada sesuatu yang ingin kami beritahu."
Leon hanya menaikan satu alisnya, lalu
dengan acuh tak acuh pergi meninggalkan mereka.
"Direktur Sebastian, Khansa ada di
sini! Di salah satu ruang VIP" ujar mereka bersamaan.
Leon yang sudah berjalan meninggalkan
mereka menghentikan langkahnya. Dua sosialita itu pun membawa Leon ke ruang VIP
Emily dan Khansa.
Pintu VIP itu sedikit terbuka, Leon berdiri
di luar pintu dan melihat Khansa tengah berbaring di sofa.
Saat ini di dalam beberapa sosialita tengah
menginterogasi Khansa, mereka mendekati Khansa, "Hei! Gadis dusun, apakah
kau sudah menikah?" tanya mereka.
"Ya aku sudah menikah," jawab
ringan Khansa sambil tertawa.
"Lalu mengapa kau malah menggoda
Direktur Sebastian,"
"Karena aku mampu menggodanya,"
jawab ringan Khansa lagi.
Mendengarnya para sosialita itu semakin
geram, "Apa hubunganmu dengan Direktur Sebastian?"
Khansa pun berusaha bangun, lalu berkata
"Direktur Sebastian adalah simpananku,”
Leon menaikan satu alisnya, sementara
Rendra menahan tawa.
"Khansa apa kau sudah gila! Mengatakan
Direktur Sebastian adalah simpananmu!" hardik mereka.
"Kau tidak salah dengar, Direktur
Sebastian adalah simpanan aku, pria yang aku pelihara, dia bertugas untuk
menghangatkan tempat tidur aku," ujar Khansa lagi.
"Apa-apaan kau ini!" hardik mereka
lagi.
"Dengar ya! Aku kasih tau. Direktur
sebastian memiliki pinggang yang kuat, suka memeluk bahkan hobi mencium
paksa," jelas detail Khansa sambil tertawa dan sedikit memukul-mukul
kepalanya karena telah muncul bayangan wajah Leon.
Leon masih berdiri di luar ruang VIP dengan
satu tangan di saku celananya. Dia tidak suka melihat Khansa mabuk, alis Leon
mengerut dan dia menekan bibir tipisnya.
Para sosialita di dalam ruangan berkata
lagi, "Khansa kau kan sudah menikah, kau pasti mendekati Direktur
Sebastian karena mengincar kekayaannya kan?"
Kepala kecil Khansa semakin pusing
berputar-putar, Leon mendorong pintu masuk itu dan berjalan masuk dengan
mantap.
Khansa mencoba mengangkat kepalanya, dan
melihat wajah Leon, tangannya mengusap kedua matanya, para sosialita itu
melihat ke arah Leon.
Salah satu dari mereka melangkah mendekati
Leon, "Direktur Sebastian, khansa bilang kau adalah pria
peliharaanya."
Yenny tersenyum puas mendengar semua
perkataan Khansa, dan melihat Leon menerabas masuk, Yenny berpikir jika riwayat
Khansa akan segera tamat.
Tampaknya hari ini dia telah membuat
keputusan yang bijak, dengan menghasut para sosialita itu. Mata Yenny bersinar
dan bersiap menunggu pertunjukan seru berikutnya.
"Apakah Direktur Sebastian telah
datang?" ujar Khansa lalu berusaha untuk berdiri.
Karena mabuk langkah khansa pun menjadi
terhuyung dan hampir saja jatuh ke lantai, jika Leon tidak segera menangkapnya.
Leon bertanya dengan suara rendah,
"sudah puas bermainnya?"
"Direktur Sebastian, mereka bilang aku
mengincar kekayaanmu saja," gumam khansa dengan mata berkaca-kaca hampir
menangis.
Semua yang melihat gerakan intim Leon dan
Khansa malah di buat tercengang, bukankah seharusnya Leon marah, tapi mengapa
malah sebaliknya.
Leon mengangkat satu tangannya dan mengusap
lembut puncak kepala Khansa seraya berkata, "Kemewahan dan kekayaan
seorang pria memang untuk dinikmati oleh wanita."
Lagi-lagi semuanya merasa tercengang
mendengar perkataan Leon. Khansa menjinjit lalu mengalungkan kedua tangannya di
leher Leon dan berkata, "Tapi mereka tidak percaya kepadaku, jika kau
adalah simpanan aku."
"Tampar wajah mereka, dan katakan kau
siapanya aku!" pinta Khansa.
"Emm ... wajah siapa yang ingin kau
tampar?" tanya Leon.
Khansa melayangkan pandangannya lalu melihat
Yenny yang berdiri di depan pintu VIP itu.
"Itu mereka, itu dia!" tunjuk
Khansa kepada Yenny.
Leon melihat ke arah yang di tunjukan oleh
Khansa, lalu menekan bibir tipisnya dan berkata, "Apa yang dia katakan
adalah benar, aku adalah simpannannya. Pria yang dia pelihara."
Penutup
Bab 105 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 105 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 105 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.