Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Baca Novel Gratiss Di Sini

Bab 102 Novel Romantis Pengantin Pengganti

Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.

Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.

Novel ini terkenal dengan alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.

Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 102

Di bawah, mobil Leon masih terparkir. Leon melihat ke arah jendela yang masih menyala. Leon memandangi lagi bekas gigitan yang ada di tangannya, "Nyonya Sebastian," ujarnya sembari tersenyum.

Leon mengambil ponselnya lalu menekan satu nomor, ponsel beberapa kali berdering, lalu terdengar suara jernih menyenangkan menjawab panggilan dari Leon itu.

Suara Tuan muda Kawindra terdengar sedikit kesal, "Tengah malam menelpon aku? Apa tidak ada kerjaan lain?"

"Apa aku mengganggumu?" tanya Leon dengan suara magnetisnya.

"Apa kau menelponku hanya untuk menanyakan tentang hal ini?" tanya Tuan muda Kawindra.

Rendra Kawindra adalah tuan muda dari keluarga Kawindra, mimiliki wajah yang sangat tampan dan penampilan yang lembut tapi dia terlu tenang, dan memiliki sifat yang dingin.

"Sudah ya aku tutup!" ujar Rendra ketus.

Novel Romantis Pengantin Pengganti
Novel Romantis Pengantin Pengganti

"Adik kesayanganmu telah kembali, gadis kecil yang telah diasuh oleh keluargamu telah kembali, tukas Leon.

"Emily telah kembali," jelas Leon.

"Jaga baik-baik adikmu, jangan biarkan dia merebut Nyonya Sebastian dari aku!" ujar Leon lalu segera menutup sambungan ponselnya. Sementara itu Rendra terdiam sambil menatapi layar ponselnya yang meredup.

Keesokan harinya Khansa dan Emily tengah bersiap untuk bersenang-senang. Dua gadis cantik berjalan bersama, itu terlihat seperti duet maut dewi dari Khayangan.

"Sebelum berbelanja antar aku ke agen properti dulu ya!" pinta Emily.

"Apa kau ingin membeli rumah ?" tanya Khansa.

"Ya tinggal di Apartemen dan hotel selama ini sungguh membuatku bosan, aku merindukan tinggal di rumah pijak tanah," jawab Emily sambil tertawa.

Mereka pun pergi ke agen marketing properti, khansa duduk dengan tenangnya sambil melihat-lihat portofolio properti yang dijual.

"Permintaan berbagai jenis rumah memang sangat banyak usai Palembang menjadi tuan rumah SEA Games," gumam Khansa.

Khansa mendengarkan penjelasan marketing itu dengan seksama yang mengataka jika dulu rumah-rumah yang berada di tengah kota yakni Kambang Iwak dan Jalan Rajawali. Rumah yang banyak di sekitaran wilayah itu adalah rumah-rumah mewah dan modern. Dulu rumah-rumah itu sehara 5-10 Milliar namun semenjak ada Sea Games harganya langsung saja melonjak tinggi. Bahkan ada juga yang rumah di Kambang Iwak yang di bandrol seharga Rp 50 miliar.

"50 Milliar, hiish ... yang pasti itu bukan aku pembelinya. 50 Milliar hanya untuk rumah, Hah! Apakah aku mau jadi sultan," pikir Khansa sambil menahan tawa.

Ketika sedang asyik melihat-lihat, terdengar suara akrab yang menyapa Khansa dan Emily.

"Adik! Tak disangka akan bertemu di sini," sapa Yenny Isvara.

Yenny datang ke agen properti bersama Laura Mahendra, Emily mengenali Laura karena sama-sama bekerja di dunia hiburan.

Hanya saja jika Emily berbakat, maka Laura hanya mengandalkan ukuran dadanya yang besar, sehingga dia dengan cepat di nobatkan menjadi artis terpanas.

Yenny menemani Laura yang ingin membeli properti juga, tak disangka di sana juga ada beberapa sosialita yang datang untuk melihat-lihat properti terbaru. Mereka segera saja menyapa Yenny dan Laura.

[Yenny sejak kapan kau berkencan dengan Direktur Sebastian]

[Sungguh beruntung menjadi kau, memiliki pacar seperti Direktur Sebastian yang tidak perhitungan]

[Ya! Sangat fantastis sekali, dia bersedia memberimu 20 Miliar]

Setelah berbasa-basi busuk dengan para sosialita tersebut, laura menoleh kepada Khansa dan Emily, "Aku pikir siapa, ternyata hanya anak kampung dan anak angkat.”

Yenny terlihat anggun dengan gaun selutut warna pink dan sepatu bootsnya, Yenny menarik lengan Laura seraya berkata, "Jangan begitu, kita semua adalah teman. Tak baik memilih-milih teman."

“Ihh kau ini ... kau adalah wanita yang disukai oleh Direktur Sebastian, jadi mana pantas berteman dengan dua wanita jelata ini,” ujar Laura dengan nada mengejek.

"Khansa! Jangan bilang kau belum mendengar tentang 20 Milliar dari Direktur Sebastian yang diberikan dengan cuma-cuma untuk Yenny, tidak dihitung hutang lho yah!" jelas Laura bangga.

Melihat Khansa yang acuh tak acuh, malah membuat Laura semakin marah, "Hei! Kau dengar tidak soal apa yang aku katakan tadi."

"Apa jangan-jangan kau tidak mengenal siapa itu Direktur Sebastian," hardik Laura kepada Khansa.

Khansa tetap diam saja, lalu Laura berkata lagi "Oh iya, orang rendahan seperti kalian mana bisa kenal dengan Direktur Sebastian."

Semakin Laura menindas Khansa, hati Yenny semakin senang. Dengan menegakan punggungnya Yenny berkata kepada Khansa, "Tentang aku dan Direktur Sebastian aku belum sempat memberitahukannya kepadamu ... Direktur Sebastian adalah penguasa bisnis nomor satu di Palembang ini, dan bukan hanya di sini saja namun juga di beberapa kota besar lainnya, termasuk ada beberapa di luar Negeri juga," jelas Yenny.

"Kau mungkin tidak ada kesempatan untuk bertemu dengannya, jika ada waktu aku akan memperkenalkannya kepadamu, ujar bangga Yenny dengan nada sombong.

Khansa pun tertawa sambil berkata, "Apa kau tidak takut, jika nanti Direketur Sebastian malah tertarik dan mengejarku?"

Yenny langsung saja membeku ketika mendengar Khansa berbicara seperti itu, lalu mendengar Emily berkata membela kawan baiknya itu, "Yenny kau jangan sombong dulu."

"Para pria menyukai wanita yang lebih muda belia Iho," ejek balik Emily.

Laura merasa sangat marah, dari dulu dia juga membenci Emily. Keluarga Kawnidra dan Mahendra sangat dekat, dari dulu Laura telah menaruh hati pada Rendra, namun Rendra malah bersikap dingin tapi bersikap hangat terhadap Emily yang hanya seorang anak asuh.

Khansa menarik tangan Emliy, "Sudah, jangan tengkar! Kita di sini bukannya mau beli rumah," ujar Khansa.

Mendengar Khansa berbicara seperti itu maka Laura menyerang lagi dengan kalimat-kalimat kebenciannya, "Apa aku tidak salah dengar! Kalian ingin beli rumah di daerah elite?"

"Kalian jangan gila! Kalian punya uang tidak? tanya Hina Laura.

Kali ini gantian Khansa yang menegakan punggungnya, "Aku ingin satu unit yang seperti ini,” tunjuknya pada salah satu portofilio perumahan.

Yanny dan Laura pun berpandangan lalu sambil melempar tawa, Yenny maju dan menarik lengan Khansa, "Dik jangan seperti ini! Jangan mempermalukan diri sendiri juga mempermalukan keluarga Isvara," bujuk Yenny.

"Ini seharga 50 milliar, lihat saja ponselmu hanya seharga lima juta, lalu dengan apa kau akan membayar 50 milliar?" tanya lembut Yenny namun, sebenarnya sedang mempermalukan Khansa.

"Berikan aku formulir pemesanan!" pinta Khansa kepada staff marketing yang melayaninya sedari tadi.

“Ini Nona," ujar Staff tersebut.

Khansa mulai mengisi formulir pemesanan untuk membeli rumah yang dia tunjuk tadi, "Oke selesai! Dimana aku bisa menggesek kartuku?" tanya Khansa dengan tenang.

Staff marketing tersebut membawa Khansa ke petugas yang duduk di depan, "Tolong Proses ini!" pinta staff itu dengan rasa penasaran yang tinggi juga.

Khansa pun mengeluarkan kartu elitenya, "Aku bayar dengan ini," Semua mata terbelalak, ini adalah kartu elite yang konon katanya tidak semua orang kaya memiliki kartu itu. Yenny sedikit mengintip kartu itu dan melihat nama yang ada di kartu itu adalah nama Leon Sebastian.

"Apa! Tidak mungkin," gumam Yenny.

"Nona untuk DP nya mau berapa persen?" tanya petugas tersebut.

"Langsung saja 50 miliar, orangku akan datang nanti untuk mengurus berkasnya,' jawab Khansa lebih sombong lima puluh kali lipat dari Yenny tadi.

Kartu yang Leon berikan adalah kartu tanpa limit yang membebaskan penggunannya bertransaksi apa saja dalam jumlah berapa saja. Tentu saja fitur ini tak hadir dengan mudah, butuh saldo rekening yang fantastis untuk mendapatkannya. Kartu itu dianggap memiliki limit tak hingga saking besarnya batas transaksinya dan aksesibilitasnya.

Di kantor, Leon tengah mengadakan rapat manajemen, 'ding' ponselnya berbunyi. Leon membuka pesan yang masuk. Leon menerima tagihan di ponselnya.

"50 milliar" pikir Leon sambil menggerakan bibirnya dan tersenyum.

Para eksekutif merasa penasaran, mereka menduga jika perusahaan menerima keuntungan besar lagi.

Leon langsung saja mengirimkan pesan kepada Rendra, "Emily membawa istriku bermain kemana?"

"Kenapa tidak kau tanyakan saja sendiri pada istrimu" tanya balik Rendra.

"Dia baru saja menggesek kartuku? Jika aku langsung bertanya, aku takut nanti dia malah jadi takut menggesek kartuku lagi," jawab Leon.

Penutup Bab 102 Novel Romantis Pengantin Pengganti                                             

Bab 102 selesai, Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab berikutnya. Gass yah.

Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 102 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.