Bab 101 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Blog novel romantis kali ini akan memperkenalkan novel Kisah Pengantin Pengganti. Novel ini bergenre romantis dan sedang trend saat ini. Novel ini telah
dibaca oleh 3 Jutaan penikmat novel di Indonesia.
Oh iya, Blog novel romantis merupakan blog yang berisi novel novel romantis yang sedang trend saat ini. Kamu akan membaca
novel sepuasnya di sini, dan tentunya gratis atau tidak perlu pakai koin
seperti penyedia penyedia novel yang lainnya.
Novel ini terkenal dengan
alur ceritanya yang mampu mengobrak abrik emosi
pembaca, Saya yakin kamu akan suka novel ini seperti saya. Ok, Silahkan baca
Novel Romantis Pengantin Pengganti sekarang.
Novel Romantis Pengantin Pengganti Bab 101
Leon melajukan mobilnya kembali menuju
Bandara, Khansa membenarkan duduknya. Lalu berpikir jika tadi dia menyesal
karena sudah bertanya tentang bagaimana Yenny menyelamatkannya, tapi Leon
enggan bercerita detail, meski jujur bercerita jika dia memberikan tiga
permintaan kepada Yenny.
Ketika seorang gadis marah, terkadang
langsung mengikuti emosi sesaat, dan untuk hal ini juga Khansa tidak jauh
berbeda dengan gadis kebanyakan di luar sana.
Hati Khansa semakin kesal, memikirkan
ketika pria menghindari sebuah pembicaraan itu artinya ada yang disembunyikan,
dan kali ini Khansa benar-benar tidak bisa mengontrol perasaan marahnya.
Mobil telah sampai di Bandara, Khansa
segera membuka sabuk pengamannya dan ingin segera keluar dari mobil 'bugh'
Khansa keluar dari mobil dengan membanting pintu mobil dengan sangat kencang
bunyinya.
Leon juga segera turun, dan saat ini Leon
meraih lengan rampingnya Khansa, tubuh tinggi tegapnya menghalangi jalan
Khansa. Leon menapuk wajah Khansa dengan kedua tangannya, "Kita belum selesai
bicara!"
"Apa yang mau kau lakukan!" ujar
Khansa mendorong tubuh Leon. "Aku sudah berterus terang kepadamu, aku
tidak ada hubungan apa-apa dengan yenny Isvara!" jelas tegas Leon lagi.
"Jadi jangan marah lagi oke!"
"Tidak! Tidak bisa! Itu sama saja aku
diam saat ketika mata aku kemasukan debu," tukas marah Khansa.
"Tidak marah! Sambil menunggu dia
mengajukan permintaan ketiga, hah! Yang benar saja, itu sama saja kau seperti
meminta agar aku tidak membersihkan debu di mataku yang membuat mataku menjadi
sakit!" tukas marah Khansa lagi.
Leon bukannya tidak paham jika dia telah
membuat landak kecilnya ini sedang mengeluarkan semua durinya untuk
menyerangnya.
Maka Leon pun menahan diri untuk tidak
menyentuh Khansa lagi "Nyonya Sebastian apa kau benar-benar tidak
mempunyai hati, jika aku jadi kamu maka jika melihat ada orang lain yang
mencoba mendekati, harusnya menggenggam erat bukan? agar tidak diambil oleh
orang lain.
"Terserah apa katamu saja! Sekarang
aku hanya ingin menjemput kawan baikku!" ujar Khansa seraya berjalan pergi
meninggalkan Leon.
Tak terima, Leon malah menarik pinggul
ramping Khansa, memasukannya dalam pelukannya, dan menundukan kepalanya lalu
malah mencium bibir Khansa.
Leon sedikit mengangkat cadar Khansa,
ketika di rumah tidak ada kesempatan untuk menciumnya. Nafas bersih dan aura
agresif menyebar dari tubuh Leon.
Tapi landak kecil Leon ini telah
benar-benar marah, semua durinya berdiri tegak tajam.
Khansa menundukan kepalanya juga dan malah
mengingit lengan Leon.
Leon mendesis kesakitan dan akhirnya
melepaskan pelukannya dari tubuh Khansa. Leon menyandarkan tubuhnya di sisi
mobil, lalu memandangi bekas gigitan kecil di lengannya. Khansa menggigitnya
dengan keras tanpa ampun.
Seorang pria mendekati Khansa, itu adalah
salah satu asisten manajer Emily, "Kak Khansa," panggilnya.
"Ayo! Kak Emily sedang di Sultan
Lounge," ujar asisten manajer itu. "Ah iya!" jawab Khansa. Emily
adalah artis papan atas jadi hari ini dia berpakaian dengan sangat sederhana
agar tidak terlalu kentara dikenali. Meski sederhana, jika Emily yang
memakainya maka itu tetap saja terlihat berbeda, tetap terlihat menggoda.
Emily menyamarkan penampilannya, memakai
topi bundar dan kaca mata hitam. Tapi, sekali lagi itu adalah Emily. Meski
sederhana tetap saja msnarik perhatian banyak orang.
"Emily!" panggil Khansa.
"Sst ...! Pelankan suaramu! jawab
Emliy sembari mencubit lengan Khansa.
"Apa kau mau aku dikejar-kejar oleh
penggemar!" bisik kesal Emily yang terkadang merasa jika Kawan baiknya
tidak pernah anggap status artis besar yang tengah dia sandang ini.
"Maulah!" jawab Khasan setengah
becanda.
"Eh itu sudah ada yg mencoba ke arah
kita!" tunjuk Khansa.
"Ah ya Tuhan! Ayo cepat kita pergi
dari sini," ajak Emily.
Emily menarik lengan Khansa, staff agent
Emily telah memasukan koper-koper Emily ke dalam mobil, begitu mereka berdua
ingin ke arah mobil tersebut, tiba-tiba terdengar sapaan dari suara magnetis
Leon.
"Mau kemana? Aku akan mengantar
kalian?" tukas Leon.
Emily berbalik menoleh ke arah suara
tersebut, menurunka kacamata besar yang menutupi setengah wajahnya. Lalu
memandangi Leon sembari menyapanya,
"Ah ini pasti Direktur
Sebastian."
"Direktur senang bertemu dengan
anda," sapa Emily lagi.
"Wah sungguh suatu keberuntungan,
ketika kembali ke Palembang malah dijemput oleh Direktur Sebastian," ujar
Emily.
Leon membukkan pintu untuk mereka Khansa
dan Emily, "Silahkan! Hari ini aku adalah supir kalian."
"Jika begitu Ayo!" ajak Emily
sembari menarik lengan khansa.
Leon benaran menjadi supir, Emily dan
Khansa duduk di kursi belakang.
"Selera pinggang kuatmu boleh
juga!" bisik pelan Emily di telingan Khansa.
"Hissh ..." ujar Khansa sambil
menepuk bahu Emily.
Leon mulai melajukan mobilnya lagi, Khansa
bertanya, "Kau akan tinggal berapa lama?"
Jadwal Emily sebenarnya sangat-sangat
padat, hampir dua tahun ini banyak sekali jadwal syuting dan juga pemotretan
yang harus dia jalani, tapi demi Khansa dia berani mengambil resiko cuti dengan
catatan setelahnya akan bekerja tanpa ada libur.
Emily berpikir sejenak, lalu berkata
"Aku akan di sini untuk beberapa minggu, aku akan membantumu menangani
nenek sihir dan anak-anaknya itu dulu."
Ketika mengatakan ini, Emily memandang ke
arah Leon lalu berkata, "Tuan Sebastian aku dengar kau baru saja
menghabiskan 20 Miliar untuk Yenny Isvara?"
Lalu Emily meneruskan perkataannya lagi,
"Khansa aku ini sangat manis, tapi aku berbeda, jika aku memukul Yenny
Isvara yang menyebalkan itu apakah kau akan marah?"
Leon mengangkat kelopak matanya yang tampan
dan melirik Emily, melalui kaca Spion lalu mengarahkan pandangannya pada bola
mata Khansa dan menjawab, "Aku tidak mengenalnya, terserah kau saja."
Jawaban Leon sebenarnya ditujukan untuk
Khansa, yang mengalihkan pandangannya ketika ditatap oleh Leon tadi melalui
kaca Spion.
"Bagus!" jawab senang Emily.
Emily langsung saja menggandeng lengan
Khansa, "Malam ini kau temani aku tidur di rumah ya!"
Belum juga Khansa menjawab, malah Leon yang
dengan cepat menjawabnya, "Aku rasa ini kurang baik,"
"Kenapa begitu?" tanya sengit
Emily.
"Bukankah kalian baru saja bertemu?
Menginap bersama di Bali?" jawab Leon.
Emily menjawab dengan sengit lagi, sesengit
layangan putus, "Kurang baik di mananya, kau saja boleh menghamburkan 20
Miliar kepasa wanita lain, lalu kenapa Khansa hanya menginap denganku malah
jadi kurang baik?"
Leon tahu jika Emily berbicara seperti
hanya karena ingin membantu kawan baiknya itu melampiaskan kemarahannya.
Leon pun berkata lagi, "Jika Khansa
tidak pulang maka nenek dan Flash akan merindukannya.
Emily menjawab dengan ssngit lagi,
"Itu urusan mereka, bukan urusan aku."
Leon menatapi Khansa lagi dengan binar mata
yang kusam, melihat ini tentu saja Khansa paham jika, Leon tidak menginginkan
Khansa menginap di tempat Emily. Soal Nenek dan Flash hanyalah tameng yang Leon
buat agar Khansa tidak menginap di tempat Emily.
"Aku akan menginap di tempat Emliy,
Tuan Sebastian katakan kepada nenek malam ini aku tidak pulang.
Leon menatapi lampu-lampu jalan yang ada di
sisi jalan, lalu berkata "Menginaplah malam ini, besok aku akan
menejemputmu."
"Tidak bisa!" jawab sengit Emily
lagi.
"Barapa lama Khansa menginap itu
tergantung dari suasana hatinya."
Leon tidak bersuara lagi, karena merasa
tidak ada gunanya lagi memprotes. Sepertinya sulit untuk merebut Khansa dari
sahabat baiknya ini.
Khansa melirik ke arah Leon, tidak melihat
perubahan emosi di wajah tampan suaminya itu. Lengan kemeja putih dilipat dua
lipatan, dan tangan besarnya memegang setir dengan tenang dan kuat, menyetir
dengan tampan dan elegan.
Tetapi Khansa tahu Leon sedang marah,
karena Khansa melihat Leon mengangkat tangan untuk membuka kancing atas
kemejanya. Khansa pun berhenti menatapinya.
Mereka pun sampai di Apartemen Emily,
"Direktur Sebastian terima kasih telah mengantar."
Emily menarik Khansa keluar dari mobil,
segera menuju ke lobi apartemen untuk naik lift menuju.unit apartemennya.
"Sepertinya Direktur Sebastian sangat
menyukaimu, apakah terjadi sesuatu ketika kau kembali dari Bali?" tanya
Emily menyelidik.
"T-tidak ada," jawab Khansa
seraya membuka cadarnya, dan ini malah semakin memperlihatkan wajah kemerahan
Khansa.
"Ah ayolah! kau tidak bisa berbohong
kepadaku!" paksa Emily agar Khansa jujur.
"K-kami hanya bercimuan saja,"
jawab Khansa tersipu.
"Cium ... cium bagaimana?" tanya
penasaran Emily lagi.
"Itu ... itu hanya cium saja, tidak
terjadi hal lain," jawab malu-malu Khansa lagi.
"Apa! Hanya sebatas itu saja?"
tanya Emily tidak percaya.
"Wah dia benar-benar pria bijak
dewasa," puji Emily kepada Leon.
Wajah Khansa bertambah merah seperti udang
rebus ketika Emliy memuji suaminya itu.
"Direktur Sebastian benar-benar
menyayangimu, menganggapmu seperti kucing persia putih kecil yang sangat polos
yang belum mengetahui apa-apa. Menganggapmu sebagai gadis kecil yang sedang
tumbuh dewasa, jadi dia tidak ingin menakutimu dengan terkamannya," puji
Emily lagi.
Emily mengetahui dari tatapan mata temannya
ini, jika Khansa juga sangat menyukai Leon. Gadis polos yang tidak pernah dekat
dengan pria, lalu langsung menikah dengan pria tampan seperti Leon, sudah pasti
hatinya tergerak. Emily juga memperhatikan tatapan Leon tadi kepada Khansa, itu
adalah tatapan pria yang sedang memandang gadisnya.
"Keduanya saling menyukai, tapi hadir
ular betina yang bernama Yenny isvara, pikir Emliy kesal.
"Khansa! Apa kau sudah menanyakan
tentang hubungan suamimu dengan Yenny?" tanya Emily.
"Sudah, dia bilang Yenny pernah
menyelamatkannya, jawab Khansa.
"Dan dia berhutang tiga
permintaan," jawab Khansa lagi.
"Apa? Yenny bisa berbaik hati
menyelamatkan orang? Hah! Yang benar saja. Jika seperti itu maka matahari akan
terbit dari barat," tukas marah Emily.
"Khansa aku merasa jika Yenny ini
seperti memiliki banyak rahasia, mulai dari menyelamatkan Leon sebastian, lalu
ketika kau dikirim ke desa, tiba-tiba saja kemampuan medisnya berkembang dengan
pesat."
Khansa pun berpikir, jika itu semua terjadi
tepat di masa kematian ibunya dan juga kakeknya yang sedang koma. Sedangkan
tentang kejadian penyelamatan Leon Sebastian yang Yenny lakukan juga masih
menjadi misteri baginya, karena Leon enggan menceritakan apa yang terjadi di
waktu itu. Ini malah membuat Khansa berpikir, apa yang terjadi saat itu sangat
penting bagi Leon, sehingga dia mengingatnya terus sampai saat ini.
Setelah makan malam, khansa pergi mandi
membersihkan diri. Khansa menyeka rambutnya yang basah dengan handuk kecil.
Ketika Khansa melihat ke bawah dari jendela, dia melihat mobil Leon masih
dibawah sana. Khansa pun acuh tak acuh dan langsung menutup tirai. :
Tak berapa lama, Emily masuk ke kamar
Khansa, lalu bertanya, ''Dia memberikan Yenny 20 Milliar, lalu apa yang
dia.berikan kepadamu?"
"Apa?" tanya Khansa
"Hiish ... dari sudut pandang pria
seberapa banyak dia memghabiskan uang untuk wanitanya itu menunjukan jika dia
sangat mencintai wanita itu," jelas Emily.
"Jangan bilang jika dia tidak memberi
seperak pun?" tanya Emily.
"Dia memberikanku kartu ini,"
ujar Khansa sembari memperlihatkan kartu yang Leon berikan.
Emily mengambil dan memperhatikan kartu
tersebut, dan melihat nama Leon Sebastian tertera di kartu tersebut.
"Direktur Sebastian memang
hebat!" puji Emily lagi.
"Kartu ini dibuat secara khusus dan
dapat memindahkan aset atas nama Leon Sebastian secara global," jelas
Emily.
"Meski Direktur Sebastian memberikan
20 Milliar kepada Yenny, tapi Direktur Sebastian menyerahkan semua harta
kerajaan keluarga besar Sebastian kepadamu," jelas Emily lagi.
"Kau kaya raya! gumam emily sambil
tertawa senang.
"Jadi maksudmu, dia sudah memberikan
aku tambang emas melalui kartu ini?" tanya Khansa dengan ada rasa senang
di hatinya. "Betul sekali," jawab Emily.
"Besok kita gesek kartu ini untuk puas
berbelanja ya," ajak Emily.
Penutup
Bab 101 Novel Romantis Pengantin Pengganti
Bab 101 selesai,
Bagaimana isinya? Saya yakin kamu menyukainya dan tak sabar untuk pindah ke Bab
berikutnya. Gass yah.
Oh iya, Ingat baca novel hanyalah hobi, tetap utamakan pekerjaan utama dan ibadah. Sekarang mari kita lanjut ke Bab 101 Novel Romantis Pengantin Pengganti. Klik navigasi Bab di bawah untuk melanjutkan.